Simpanse ilustrasi. DOK Pixabay
Simpanse ilustrasi. DOK Pixabay

Tak Cuma Manusia, Ternyata Ada Sedikit Hewan yang Menstruasi Lho

Renatha Swasty • 16 Agustus 2024 12:16
Jakarta: Siklus menstruasi memainkan peran penting dalam reproduksi manusia. Sobat Medcom tahu enggak sih, ada sejumlah hewan yang juga mengalami menstruasi lho.
 
Ahli biologi evolusi di Buck Institute for Research on Aging, Deena Emera, mengungkap ilmuwan menemukan sekitar 85 spesies mamalia atau kurang dari 2 persen mamalia memiliki siklus menstruasi. Sebagian besar dari mereka adalah primata, termasuk kerabat terdekat kita simpanse (Pan troglodytes) dan bonobo (Pan paniscus). Ilmuwan juga menemukan siklus menstruasi pada beberapa spesies kelelawar, tikus gajah, dan yang terbaru adalah tikus berduri (Acomys cahirinus).
 
"Karena hewan-hewan ini tidak semuanya berkerabat dekat, sifat ini kemungkinan besar berevolusi secara konvergen, yang berarti pasti ada manfaat evolusionernya," kata Emera dikutip dari Live Science, Jumat, 16 Agustus 2024.

Emera menuturkan di luar makhluk-makhluk ini, ada hewan-hewan lain yang secara berkala mengeluarkan darah melalui organ reproduksinya. Salah satunya, anjing. Namun, pendarahan yang dialami anjing berasal dari sumber berbeda dari hewan yang sedang menstruasi.
 
Pada hewan yang mengeluarkan darah saat estrus (berahi), peningkatan hormon estrogen saat hewan tersebut subur menyebabkan pembuluh darah di dalam vagina membesar. Hal ini menyebabkan sejumlah kecil darah bocor keluar dari pembuluh darah dan dikeluarkan.
 
Pada hewan yang sedang menstruasi, menstruasi terjadi karena estrogen dan hormon kedua yang disebut progesteron. Hormon tambahan juga terlibat dalam pematangan dan pelepasan sel telur menjelang menstruasi.
 
Progesteron adalah hormon yang dibutuhkan untuk mempertahankan kehamilan. Pada hewan yang sedang menstruasi, hormon ini mulai meningkat sebelum hewan tersebut hamil. Sebelum peningkatan itu terjadi, peningkatan estrogen menyebabkan lapisan rahim menebal dan pembuluh darah baru berkembang. Kemudian, setelah sel telur dilepaskan, progesteron mulai meningkat seiring dengan turunnya estrogen.
 
Apabila kehamilan tidak terjadi, kadar progesteron wanita akan menurun dan pembuluh darah yang baru terbentuk serta jaringan baru lainnya akan luruh dalam bentuk darah haid dan potongan-potongan jaringan. Emera menyebut pada mamalia yang tidak berahi, rahim tidak berubah sebagai respons terhadap kadar progesteron sampai setelah betina hamil.
 
"Perbedaan ini menarik dari perspektif evolusi. Pertanyaannya sebenarnya bukan 'mengapa kita mengalami menstruasi?'. Pertanyaannya adalah, 'mengapa kita mempersiapkan rahim kita untuk kehamilan bahkan sebelum kita hamil?',” tutur dia.
 
Tidak ada yang tahu pasti apa jawabannya. Namun menurut Emera, hal ini mungkin ada hubungannya dengan fakta bahwa semua hewan yang sedang menstruasi melahirkan anak kecil.
 
Manusia, primata, kelelawar, dan tikus gajah biasanya hanya memiliki satu anak dalam satu waktu, sementara tikus berduri hanya memiliki satu hingga empat anak, jauh lebih sedikit ketimbang kebanyakan spesies tikus.
 
Hewan yang sedang menstruasi juga memiliki masa kehamilan lebih lama atau masa bunting dibandingkan dengan hewan yang tidak sedang menstruasi. Tikus berduri, misalnya, memiliki masa kehamilan hampir dua kali lipat dari tikus lainnya.
 
Hewan-hewan ini mencurahkan begitu banyak waktu dan energi untuk menghasilkan sedikit keturunan, maka sangat penting bagi mereka untuk bertahan hidup.
 
Peneliti juga menemukan ketika lapisan rahim berubah untuk kehamilan, lapisan rahim dapat mendeteksi isyarat kimiawi yang dilepaskan oleh embrio yang meningkatkan atau menurunkan peluangnya untuk berhasil tertanam.
 
Sinyal-sinyal kimiawi ini mencerminkan aspek-aspek kelangsungan hidup embrio. Langkah penjaminan kualitas ini terjadi pada semua mamalia, tetapi pada hewan yang sedang menstruasi yang telah membentuk lapisan rahim, hal ini terjadi lebih awal.
 
“Ketika Anda memiliki situasi di mana seekor betina berinvestasi banyak, Anda benar-benar mengharapkan sistem berevolusi untuk menyaring sedini mungkin terhadap keturunan yang tidak akan berhasil,” jelas Emera.
 
Robert Martin, pensiunan ahli biologi evolusi dan tamu akademis di University of Zurich, mengatakan menstruasi mungkin juga berperan dalam penyimpanan sperma. Kelelawar, misalnya, dapat menyimpan sperma dalam saluran reproduksi mereka hingga 200 hari sebelum dibuahi.
 
"Namun, ketika sperma bertahan terlalu lama, mereka mulai mengalami degradasi, yang dapat menyebabkan masalah kromosom jika mereka membuahi sel telur," kata Martin.
 
Dia berhipotesis luruhnya lapisan rahim memungkinkan hewan membuang sperma yang sudah tua dan memberi ruang bagi sperma yang lebih baru dan lebih kuat.
 
Ada beberapa teori lain tentang mengapa menstruasi terjadi, tapi tidak ada bukti konkret yang mendukung satu teori atas teori lainnya. Martin mengatakan penelitian lebih lanjut perlu dilakukan tentang menstruasi, baik pada manusia maupun hewan lainnya.
 
“Hanya ada sedikit penelitian, tapi ada begitu banyak aplikasi praktis,” kata dia.
 
Baca juga: Pengertian Hewan Vivipar Lengkap dengan Ciri-ciri dan Contohnya

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan