Limbah padat berasal dari proses penyaringan dan penggumpalan, sedangkan limbah cair dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pemadatan, hingga pencetakan tahu yang membuat volume limbah cair menjadi lebih tinggi. Limbah cair tahu mempunyai bau busuk menyengat sehingga berbahaya karena dapat merusak kualitas air sungai serta mengganggu warga sekitar.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih (PRLTB) menggagas solusi alternatif pengolahan limbah tahu secara anaerobic yang mampu menghasilkan energi alternatif berupa biogas. Dusun Giriharja Kabupaten Bandung Jawa Barat dipilih sebagai tempat penelitian, karena dukungan tinggi dari masyarakat setempat yang berprofesi sebagai penghasil tahu.
“Sebenarnya tujuan utama kita yaitu mengolah limbah tersebut agar layak buang. Kemudian melihat respons masyarakat setempat untuk mendukung dengan menyediakan lahan dan sekaligus ikut aktif berperan dalam pengelolaan IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah),” jelas peneliti RLTB BRIN, Neni Sintawardani, dikutip dari laman brin.go.id, Kamis, 15 Februari 2024.
Neni menjelaskan limbah tahu diproses dengan mekanisme anaerobik agar mikroba tidak bisa hidup bila ada udara sehingga harus tertutup.
"Limbah tahu yang punya kandungan organik tinggi akan diuraikan oleh mikroba menjadi metana dan karbondioksida atau yang dikenal sebagai energi biogas,” papar Neni.
Dia juga membenahi sistem pengaliran air limbah di pabrik tahu untuk memisahkan limbah cair pekat dengan limbah cair encer. Keseluruhan limbah cair dari beberapa pabrik tahu skala kecil dan menengah di Dusun Giriharja Kabupaten Bandung Jawa Barat disalurkan ke IPAL Anaerobik. Teknologi yang dikembangkan BRIN ini bisa mengantisipasi fluktuasi limbah pada industri tahu skala pengrajin.
"Dengan kapasitas produksi tahu skala besar dalam satu hari, IPAL Anaerobik ini mampu memproses limbah cair pekat sebanyak 24 meter kubik per hari. Dari situ dapat dihasilkan biogas yang disalurkan ke rumah warga Giriharja untuk kebutuhan memasak harian,” papar dia.
Pengelolaan IPAL Anaerobik selama ini dilakukan secara mandiri oleh warga yang sudah membentuk Kelompok Pengrajin Tahu Giriharja. Inovasi ini diharapkan bisa menambah nilai guna dari unit tersebut.
“Inisiasi IPAL Anaerobik ini awalnya berasal dari masyarakat Giriharja yang peduli dengan kelangsungan kelestarian lingkungan. Ke depan, sebagian produk biogas ini akan disalurkan ke sistem pembangkit listrik sederhana guna memenuhi kebutuhan listrik untuk operasional IPAL Anaerobik,” tutur dia.
Baca juga: Keanekaragaman Hayati Indonesia Jadi Peluang Pembuatan Obat |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News