Ilustrasi. Medcom.id
Ilustrasi. Medcom.id

BRIN Ingin Penggunaan Batubara untuk Listrik Diganti dengan Energi Terbarukan

Antara • 26 November 2021 14:38
Jakarta: Perekayasa Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Unggul Priyanto mendorong percepatan peningkatan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. Hal ini untuk mendukung target pemerintah mencapai bebas emisi atau net zero emission pada 2060.
 
"Secara perlahan beberapa pembangkit listrik batubara yang usianya sudah waktunya ganti akan digantikan dengan pembangkit berbasis energi terbarukan," kata Unggul saat dihubungi di Jakarta, Jumat, 26 November 2021.
 
Sumber energi terbarukan bisa berupa panas bumi, hidro atau air, surya, angin, biomassa, dan nuklir. Unggul menuturkan pemanfaatan energi baru terbarukan yang menggantikan energi fosil merupakan salah satu cara untuk bisa mencapai target net zero emission.

Ia mengungkapkan, diusahakan untuk tidak membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batubara lagi kecuali yang saat ini sudah siap dibangun.
 
Strategi lain untuk mencapai net zero emission adalah sebagian kendaraan transportasi seperti motor dan mobil akan digantikan dengan kendaraan listrik secara bertahap. Sedangkan, kendaraan berat, kapal, truk menggunakan diupayakan berbahan bakar nabati.
 
Baca: Mahasiswa IAIN Kendari Kembangkan Jeruk Etno Tolaki Jadi Bahan Hand Sanitizer
 
Unggul mengatakan substitusi energi fosil oleh energi baru dan terbarukan dapat dilaksanakan secara realistis. Tentunya, dengan mengutamakan sumber energi yang murah dan tingkat intermittent rendah atau faktor kapasitasnya tinggi.
 
Selain itu, sumber energi juga tersedia dalam jumlah yang cukup besar, misalkan panas bumi dan hidro. Setelah itu, dapat mempertimbangkan penggunaan sumber energi lain.
 
Sifat intermittent akan mempengaruhi keandalan listrik dari pembangkit listrik karena berkaitan dengan kestabilan pasokan energi. Oleh karenanya, perlu dipastikan pembangkit listrik dapat memasok kebutuhan energi secara stabil.
 
Unggul mengatakan jika suatu wilayah memiliki kebutuhan listrik tinggi dan di wilayah tersebut tidak ada sumber energi yang memenuhi, maka bisa menggunakan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sepanjang daerah tersebut memenuhi persyaratan keamanan untuk PLTN.
 
Bila tidak bisa dengan PLTN, bisa menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) dengan baterai. Namun, itu membutuhkan biaya cukup tinggi dan risiko keandalan memasok listrik bisa lebih rendah.
 
Unggul menuturkan sebaiknya sumber energi dengan intermittent atau yang sangat rentan perubahan cuaca atau iklim, komposisinya tidak dominan atau sebesar 20 persen dan direncanakan untuk beban puncak. Hal ini agar baterai yang digunakan tidak banyak.
 
Selain itu, ia mengatakan perlu melihat dan memeriksa potensi sumber energi terbarukan yang ada di suatu daerah, baik kuantitas maupun jenisnya. Dengan begitu, bisa dimanfaatkan dengan maksimal untuk mendukung pemenuhan kebutuhan listrik di wilayah tersebut.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan