Darminto menjelaskan karbon amorf merupakan material semikonduktor pada sel surya yang berfungsi sebagai komponen pengubah energi matahari menjadi arus listrik. Umumnya, material tersebut tersusun oleh grafit yang merupakan produk pertambangan, sehingga ketersediaannya terbatas.
Oleh karena itu, diperlukan karbon amorf berbasis grafena dengan memanfaatkan sumber daya terbarukan. Salah satu alternatif tersebut yakni memanfaatkan biomassa atau bahan organik tumbuhan.
Darminto menyebut inovasi ini memanfaatkan nira dari pohon lontar yang dikonversi menjadi serbuk karbon. Kemudian, serbuk karbon dilarutkan dan dibentuk menjadi sebuah lapisan tipis.
“Lapisan tipis tersebut yang disebut karbon amorf berbasis grafena,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Sabtu, 8 Juli 2023.
Karbon amorf berbasis grafena memiliki beberapa keunggulan, seperti bahan baku ramah lingkungan, harga bahan baku yang lebih terjangkau, serta proses pengolahan lebih sederhana. Darmito menyebut pada implementasinya, karbon amorf berbasis grafena juga diterapkan dalam berbagai aspek teknologi, seperti superkapasitor, bahan elektroda baterai, komponen berbagai sensor, dan pelapis antiradar.
Perangkat karbon amorf berbahan biomassa gagasan Darminto dan tim kini sedang dalam tahap pengembangan lebih lanjut. Lelaki asal Tulungagung ini mengungkapkan nilai efisiensi sel fotovoltaik atau sel surya yang dihasilkan masih dalam angka 0,1 persen.
Terpaut jauh dengan bahan amorf jenis silikon yang sudah mencapai di atas 10 persen. “Hal ini menjadi tantangan besar dalam meningkatkan nilai efisiensi karbon amorf,” ujar dia.
Inovasi karbon amorf berbasis grafena tersebut menjadi makalah dalam sebuah jurnal internasional. Darminto optimistis nilai efisiensi yang dihasilkan pada karbon amorf berbasis grafena sangat berpotensi ditingkatkan agar setara dengan sel surya yang ada di pasaran.
“Keterbatasan fasilitas di Indonesia menjadi kendala kami, sehingga perlu bantuan mitra dari luar Indonesia,” ungkap dia.
Inovasi Darmito sedang giat dikembangkan untuk produksi mikro material biografena dengan mitra perusahaan swasta melalui program Matching Fund Kedaireka dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) 2023. Dia berharap karbon amorf berbasis grafena ini dapat diproduksi massal dan diimplementasikan pada berbagai aplikasi teknologi dalam kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Inovasi Dosen ITS, Mecca WABot si 'Asisten Pribadi' Jamaah saat Haji dan Umrah |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News