Doktor lulusan Kyungpook National University Korea ini menjelaskan alasannya tertarik meneliti Urea-Formaldehyde (UF) resin. Dia menyebut UF resin merupakan polimer yang sangat penting pada industri panel kayu.
Hal ini dibuktikan dengan produksi UF resin yang mencapai 11 juta ton pertahun. Selain itu, UF resin juga memiliki beberapa kelebihan, di antaranya memiliki warna netral, murah, cepat kering, dan performanya bagus.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“UF resin merupakan salah satu dari amino resin. UF resin sendiri mempresentasikan hampir 80 persen amino resin yang ada di dunia. UF resin dapat diaplikasikan pada berbagai produk, seperti partikelboard, mdf, plywood, dan decorative laminate,” papar Eko dalam webinar Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk BRIN dikutip dari laman brin.go.id, Selasa, 17 Januari 2023.
Eko mengatakan salah satu kelemahan produk panel kayu yang menggunakan UF resin sebagai perekatnya adalah dihasilkannya gas formaldehida yang dapat menyebabkan polusi. Oleh karena itu, perekat UF resin perlu diformulasikan kembali untuk mengurangi emisi gas, yaitu dengan cara menurunkan molar ratio dari formaldehida terhadap urea (F/U) atau biasa disebut Low molar ratio (LMR) UF Resin.
"Jadi, F/U yang tadinya ≥1.4 menjadi ≤ 1.0, karena jumlah mol F-nya telah dikurangi. Namun, kendala lain muncul ketika menggunakan LMR UF resin, yaitu performa produk panel kayu yang dihasilkan menurun. Hal ini terjadi karena pembentukan kristal pada LMR UF resin saat digunakan,” jelas Eko.
Tak putus asa, peneliti yang memasuki usia 30 tahun ini memutar otaknya mencari solusi. Dalam tesisnya, Eko harus menemukan jawaban dari tiga rumusan masalah, yaitu mencari penyebab terbentuknya kristalisasi, mencari solusi pencegahan, dan mengamati interaksi antara UF resin sebagai perekat dan komponen kayu.
“Setelah melakukan penelitian ternyata pembentukan kristal terjadi akibat adanya ikatan hidorgen antara gugus karbonil dan NH pada molekul linear yang terbentuk saat sintesis LMR UF resin. Saya mencoba mengintervensi supaya kristal tidak terbentuk, yaitu dengan penambahan nanoclay dan melamin. Ternyata dengan penambahan tersebut kristalinitas berkurang dari 52 persen menjadi 22 persen,” jelas Eko.
Melangkah ke tahap mencari komponen kayu yang paling berpengaruh saat proses perekatan terhadap permukaan kayu. Eko menemukan ternyata lignin memiliki daya rekat yang lebih baik terhadap UF resin dengan berbagai rasio molar F/U yang berbeda, ketimbang selulosa dan hemiselulosa.
“Lignin memiliki energi bebas permukaan lebih besar, film lebih halus, dan proporsi OH aromatik/fenolik yang tinggi. Oleh karena itu, lignin mempunyai gaya adhesi yang lebih baik, sehingga ikatannya terhadap UF resin lebih bagus,” papar peneliti kelahiran Jakarta tersebut.
Baca juga: Harta Karun Indonesia yang Masih Terpendam, Logam Tanah Jarang dan Aspal Buton |