Ilustrasi: MI/Rommy Pujianto
Ilustrasi: MI/Rommy Pujianto

Bersaing dengan Tapioka dan Maizena, Glukomanan Zat Dalam Porang Potensial Dikembangkan

Citra Larasati • 15 November 2022 13:32
Jakarta:  "Amorphophallus muelleri Blume is a local tuber of east Asia with a low glycemic index. Thus, the project explorers the tuber as a new source of healthy future food ingredient". Demikian kutipan abstrak yang tertulis dalam poster berjudul 'Utilization of Local Tuber, Amorphophallus muelleri Blume, as a source of healthy future food ingredient'.
 
Poster tersebut tampil dalam WAITRO Poster Session di Capetown, Afrika Selatan, 14-15 November 2022.  Poster yang berisi informasi hasil riset Peneliti Pusat Riset Teknologi Tepat Guna - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Achmat Sarifudin dan timnya, serta berkolaborasi dengan peneliti dari TISTR-Thailand.
 
Selain bercerita tentang pangan alternatif, poster tersebut menunjukkan, teknologi pangan dalam riset pengembangan Amorphophallus muelleri Blume (Porang) menjadi salah satu bagian penting.

Kendala Pengolahan Porang

Peneliti Pusat Riset Teknologi Tepat Guna - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sandi Darniadi menjelaskan, saat ini kendala pengolahan Porang ada di tiga titik. Pertama, pengembangan metode penurunan kadar oksalat.

Kedua, terkait pemurnian glukomanan. Ketiga, mengenai pengukuran kadar glukomanan.  “Glukomanan merupakan zat khas yang terkandung dalam Porang. Fungsi glukomanan adalah sebagai gelling agent/ filled agent (bahan pengisi). Sebab itulah, glukomanan berperan  sebagai zat antara (intermediate produk) yang menjadi komponen penting dalam sebuah produk,” terang Sandi. 
 
Intermediate produk dalam kemasan sebuah produk komersial tertulis sebagai ingredient atau komposisi. Glukomanan sebagai salah satu komposisi yang tidak bisa diabaikan karena zat ini mampu membentuk karakter produk pangan. 
 
Glukomanan bukanlah sebuah katalis, melainkan salah satu fungsinya Sebagai zat tambahan yang mampu mengentalkan unsur cair lainnya. 

Mencuri Perhatian

Sandi mengungkapkan sudah ada industri pangan yang memanfaatkan glukomanan. Sayangnya, jumlahnya masih bisa dihitung menggunakan jari.
 
Penyebabnya tidak lain adalah harganya yang masih sangat mahal.  "Itulah yang menjadi tantangan kami saat ini,' terang Sandi dilansir dari laman BRIN, Selasa, 15 November 2022.
 
Menurutnya, saat ini glukomanan tengah berupaya dikembangkan untuk dapat bersaing imbang dengan tapioka dan maizena. "Sementara ini, industri pangan yang memanfaatkan glukomanan cenderung yang memproduksi saus dan pasta," ungkapnya.
 
Peluang glukomanan menjadi bahan alternatif penggunaan tapioka dan maizena merupakan bukti potensi pasarnya sudah ada. Potensinya sukses menarik perhatian peneliti BRIN.
 
Tim peneliti BRIN yang tergabung dalam kelompok pangan terus mengembangkan agar proses pemurnian khususnya, dapat memenuhi standar untuk memenuhi kebutuhan bahan tambahan dalam produk industri pangan. Industri pun akan tertarik jika hasil riset menunjukkan glukomanan dapat diproduksi sesuai kebutuhan dengan harga yang ekonomis. 
 
sebagai informasi, penelitian Porang juga dilakukan dari sisi potensinya sebagai pangan alternatif. Penelitian tersebut dilakukan oleh Achmad Syarifuddin dan rekan-rekannya, para peneliti dari dalam dan luar negeri. 
Baca juga:  BRIN Bakal Kembangkan Kosmetik Berbahan Alami

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan