Pemaparannya tersebut disampaikan Nyoman pada webinar Unair bertajuk Inovasi, Optimisme, dan Transformasi Layanan Kesehatan dan Mitigasi Bencana di Masa Pandemi, pada Senin, 2 Agustus 2021.
“Kita agak mundur akhirnya untuk uji klinis karena kesiapan macacanya. Jadi yang awalnya Maret kita bisa produksi di biotis untuk persiapan skala massal, maka kemungkinan mundur satu bulan. Kalau nanti memang Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengizinkan bisa dilakukan uji macaca sambil paralel ke uji klinik fase satu, maka luar biasa dan menjadi percepatan kita,” tutur Nyoman dikutip dari laman Unair, Selasa, 3 Agustus 2021.
Seperti diketahui, Unair menjadi bagian dari konsorsium nasional dalam riset pengembangan produk vaksin tersebut. Menurutnya, bahwa Unair adalah yang pertama kali melakukan uji macaca dengan vaksin merah putih.
“Kami-lah pertama kali yang akan mencoba uji macaca dengan vaksin merah-putih inactivated virus secara mandiri di Unair. Alhamdulillah kini kita dapat bantuan macaca yang bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur (BKSDA Jatim),” ungkap Nyoman.
Baca juga: Kembangkan Dua Skema Vaksin, UNAIR Akui Ada Formula Rahasia
Nyoman juga menuturkan, screening (penyaringan) juga akan dilakukan secara mandiri. Hal itu karena Unair memiliki Fakultas Kedokteran Hewan yang siap melakukan screening.
“Ini adalah rasa syukur yang tidak pernah bisa habis bahwa kita sudah diberi fasilitas yang bisa menjadi bagian dari karya-karya internal Unair maupun kerja sama dengan lembaga-lembaga di luar Unair secara nasional maupun internasional,” ujar Nyoman yang juga sebagai Koordinator Riset Covid-19 di Unair tersebut.
Vaksin yang dikembangkan oleh Unair menggunakan dua skema platform. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Nyoman, bahwa Unair menggunakan skema classical platforms dan next generation platforms.
Untuk classical platforms, Unair mengembangkan dari inactivated virus atau virus yang telah dimatikan. Sedangkan pada next generation platforms, UNAIR menggunakan adenoviral vector dan peptide.
Ditambahkan oleh Nyoman, bahwa saat ini sivitas akademika UNAIR membuka diri bagi semua peneliti di Indonesia yang berkeinginan melakukan uji coba menggunakan animal biosafety level 3 atau uji mikroba dengan potensi bahaya lebih serius dan mengancam jiwa melalui jalur napas. “Itu yang kami banggakan sebagai bagian dari Unair,” pungkas Prof. Nyoman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News