"Sebetulnya kabinet yang lalu sudah pas, yang memasukkan Ristek dengan Pendidikan Tinggi, yang jadinya Kemenristek-Dikti. Sedangkan Kemendikbud menangani Pendidikan SMA ke bawah," kata Edy kepada Medcom.id, Sabtu, 17 April 2021.
Ia mengatakan, pendidikan tinggi sangat terkait dengan dunia riset. Bahkan, tak cuma mahasiswa, seorang dosen S2 dan S3 pun harus melakukan riset. Jadi, menurut dia, Ristek lebih tepat digabungkan dengan Dikti seperti sebelumnya.
"Saya sendiri saat menjadi ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) pernah menyampaikan langsung ke Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang baru terpilih sebagai Presiden menyampaikan usulan tersebut, yang ternyata baru dilaksanakan oleh Presiden Jokowi," terang dia.
Baca: MRPTNI Usul Ada Wakil Mendikbud-Ristek, Berasal dari Rektor PTN
Dia menyayangkan jika saat ini yang terjadi malah Ristek digabungkan dengan Kemendikbud. Sementara, Kemendikbud juga mengurusi Dikti.
Ia menganggap keputusan ini bakal membuat Kemendikbud kewalahan. Bagi Edy, Mendikbud Nadiem Makarim juga belum cukup baik menangani pendidikan tinggi.
"Kita melihat Menteri yang sekarang juga kedodoran menangani Dikti, sehingga banyak suara yang menghendaki beliau yang sebetulnya banyak ide inovatif, untuk di-reshuffle," tutur Edy.
Kemenristek diputuskan dilebur ke dalam Kemendikbud. Sedangkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang sebelumnya melekat dengan Kemenristek, akan menjadi badan otonom.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id