Ilustrasi gawai. Foto: Pexels
Ilustrasi gawai. Foto: Pexels

Fisika Jadi Fondasi AI, 80 Persen Teknologi Modern Lahir dari Teori Kuantum

Citra Larasati • 26 Agustus 2025 16:11
Jakarta:  Sebanyak 80 persen teknologi modern yang digunakan manunsia di dunia ini ternyata lahir dari teori kuantum. Tidak terkecuali telepon cerdas atau smartphone dan kecerdasan buatan (AI).
 
Fakta ini diungkap Guru Besar Fisika Teori IPB University, Prof Husin Alatas, sebagai respons terhadap pernyataan CEO Nvidia Jensen Huang tentang pentingnya fisika di era kecerdasan buatan.  "Dalam kurun waktu seratus tahun belakangan, teori kuantum telah melahirkan hampir 80 persen teknologi modern," ungkap Husin dalam siaran persnya, Selasa, 26 Agustus 2025.
 
Smartphone yang kita genggam setiap hari ditenagai prosesor yang dibangun dari unit-unit transistor berukuran kurang dari 10 nanometer, teknologi yang hanya mungkin ada berkat pemahaman fisika kuantum.

Kemampuan Intuisi-Imajinasi

Sedikit berbeda dengan cabang sains lainnya yang bersandarkan pada tiga kemampuan: mengamati dan mengukur, melakukan analisa matematis, dan berpijak pada rasionalitas; fisika juga memiliki sandaran lain, yaitu mengandalkan ketajaman intuisi-imajinasi.

“Intuisi-imajinasi inilah yang membuat fisika memiliki kemampuan melahirkan banyak terobosan teknologi yang mewarnai peradaban belakangan ini,” ucapnya.
 
Husin menjelaskan, fisika merupakan salah satu disiplin sains yang cakupannya mulai dari skala mikroskopik, mesoskopik hingga makroskopik. Ranah kajiannya mulai dari partikel elementer berukuran satu meter dibagi satu miliar miliar hingga alam semesta yang berukuran seratus triliun triliun meter.

Teori Relativitas dan Teori Kuantum

Husin menyebut dua contoh ekstrem, yaitu teori relativitas dan teori kuantum. Keduanya teori yang berkaitan dengan skala mikroskopik dan makroskopik, berturut-turut, menangani objek-objek yang sejatinya tidak berada di luar kemampuan indera manusia untuk mengamatinya. 
 
“Elektron dan galaksi adalah dua objek yang tentunya tidak dapat diamati secara langsung. Berbeda dengan misalnya makhluk-makhluk hidup yang menjadi objek bagi disiplin biologi, misalnya,” tutur pengampu mata kuliah Teori Relativitas dan Fisika Kuantum Lanjut pada Program Studi S1 Fisika IPB University ini.
 
Teori relativitas mengkaji berbagai fenomena alam yang unik. Teori ini mempelajari benda-benda yang bergerak dengan kecepatan sangat tinggi, mendekati kecepatan cahaya.
 
Selain itu, teori ini juga membahas objek yang memiliki massa sangat besar, seperti planet dan bintang.  Menurut Husin, teori relativitas dibangun berdasarkan dua asumsi.
 
Baca juga:  Sering Dianggap Gulma, Pakar IPB Ungkap Khasiat Putri Malu untuk Antikanker

Pertama, kecepatan cahaya di ruang hampa adalah konstanta alam semesta. Artinya, kecepatan cahaya selalu sama bagi semua pengamat, tidak peduli seberapa cepat mereka bergerak.
 
Asumsi kedua lebih kompleks. Husin menjelaskan bahwa pengamat yang berada pada kerangka acuan non-inersial (mengalami percepatan) tidak dapat membedakan apakah dirinya sedang dipercepat atau berada dalam medan gravitasi yang kuat. Dengan kata lain, efek percepatan dan gravitasi memberikan sensasi yang sama bagi pengamat.
 
“Asumsi-asumsi tersebut dalam kaitannya dengan aplikasi saat ini telah menjadi dasar dari beberapa teknologi seperti Global Positioning System (GPS), Positron-Electron Emission Tomography (PET) dan juga teknologi nuklir,” ucapnya.
 
Di pihak lain, teori kuantum yang didasari atas beberapa asumsi yang dibangun secara imajinatif dan berlawanan dengan pengalaman sehari-hari manusia. Dalam kurun waktu seratus tahun belakangan, teori ini telah melahirkan hampir 80 persen teknologi modern, salah satunya smartphone.
 
“Prosesor smartphone dibangun dari unit transistor berukuran kurang dari 10 nanometer. Pada ukuran ini, kelakuan elektron yang mengalir di dalamnya diprediksi dengan sangat baik oleh teori kuantum,” imbuh Husin.
 
Keunikan lainnya, teori kuantum juga menjelaskan bahwa sebuah elektron ataupun foton (partikel cahaya) dapat memiliki sekaligus sifat gelombang dan partikel. “Penjelasan intuitif-imajinatif yang diberikan teori kuantum ini telah membuka peluang yang amat luas bagi pemanfaatannya, termasuk dalam perancangan cip semikonduktor yang berukuran nanometer tersebut,” ucapnya.
 
Berdasarkan kemampuan intuitif-imajinatif inilah, sebut Prof Husin, pernyataan dari Jensen Huang dapat dipahami. Fisika menawarkan peluang kreativitas yang hampir tak terbatas bagi perkembangan teknologi, dan menjadi dasar bagi kelahiran teknologi-teknologi baru yang bersifat disruptif. 
 
“Semua tercermin dari berbagai macam teknologi yang seratus tahun lalu tidak terbayangkan, tetapi terbukti dapat diwujudkan. Termasuk memberikan peluang bagi lahirnya teknologi kecerdasan buatan yang berpotensi membuat disiplin lain menjadi kurang dibutuhkan lagi kehadirannya,” tutupnya. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan