“Tanaman putri malu mengandung berbagai senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, saponin, terpenoid, flavonoid, dan kumarin,” jelasnya dalam siaran persnya, Jumat, 22 Agustus 2025.
Pada bagian daun dan batang, terkandung flavonoid seperti isoquercitrin, avicularin, apigenin-7-O-D-glikosida, cassiaoccidentalin B, orientin, dan isoorientin. Selain itu, terdapat mineral penting seperti magnesium, fosfor, kalsium, nitrogen, dan kalium.
Lebih lanjut, Dr Trivadila memaparkan bahwa daun putri malu juga mengandung senyawa karotenoid, termasuk neoxanthin, violaxanthin, lutein, lycopene, dan karoten, serta tokoferol yang berperan sebagai antioksidan alami. Senyawa unik lainnya adalah mimopudine, yang memicu mekanisme membuka daun, dan turgorin, yang memengaruhi gerakan menutup daun saat disentuh.
“Pada bagian akar, juga ditemukan senyawa asam lemak, protein, sterol, alkaloid, tanin, terpenoid, flavonoid, dan senyawaan fenolik,” tambahnya.
Beberapa senyawa lainnya di antaranya 2-hydroxymethyl-chroman-4-one dan betulinic acid. Seluruh bagian tanaman juga mengandung asam amino non-protein L-mimosine, serta hormon jasmonic acid dan abscisic acid yang berperan dalam perkembangan dan respon stres tanaman.
Trivadila menjelaskan, potensi pemanfaatan senyawa-senyawa tersebut terbuka luas, terutama dalam industri farmasi dan kosmetik. “Ekstrak dan senyawa dari putri malu memiliki aktivitas antibakteri, antifungi, antivirus, antikanker, antidiabetes, antioksidan, hingga antidepresan,” ujarnya.
L-mimosine, misalnya, dilaporkan memiliki aktivitas sitotoksik yang menjanjikan untuk terapi kanker, sementara senyawa 2-hydroxymethyl-chroman-4-one menunjukkan aktivitas antifungi.
Meski potensinya besar, proses ekstraksi dan pemurnian senyawa aktif dari putri malu menghadapi sejumlah tantangan. Rendemen hasil ekstraksi sering kali rendah, terutama jika senyawa berada pada bagian akar yang volumenya sedikit. Selain itu, proses standardisasi kandungan senyawa aktif memerlukan perlakuan budi daya khusus.
Baca juga: Lewat Kosabangsa 2025, Kemendiktisaintek Gelontorkan Rp30 Miliar untuk Riset di Daerah |
“Metabolit sekunder biasanya diproduksi oleh tanaman sebagai respons terhadap stres lingkungan. Budi daya yang kurang optimal justru dapat menurunkan bahkan menghilangkan senyawa aktif tersebut,” ucap Trivadila.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id