Pesawat Terbang Nirawak inovasi UGM. Foto: UGM
Pesawat Terbang Nirawak inovasi UGM. Foto: UGM

Pesawat Nirawak UGM, Mampu Pantau Kebakaran Hutan hingga Intai Musuh Jarak Jauh

Citra Larasati • 03 September 2024 18:37
Jakarta:   Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada meluncurkan pesawat nirawak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Palapa S-1. Pesawat ini merupakan buatan Prof. Dr. Ir. Gesang Nugroho, ST., MT, staf pengajar Fakultas Teknik (FT) UGM.
 
Pesawat tanpa awak ini dapat digunakan untuk kepentingan surveilans dan pemetaan, hingga untuk kepentingan patroli kebakaran hutan hingga darurat bencana. Dekan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Selo mengatakan pesawat nirawak Palapa-S1 merupakan pesawat yang didesain untuk dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam aplikasi, dan saat diluncurkan custom dibuat untuk aplikasi pemantauan kebakaran hutan.
 
“Tentunya pesawat nirawak ini bisa diaplikasikan ke banyak hal. BPBD salah satunya yang akan memanfaatkan karena pesawat nirawak ini bisa memantau bila telah terjadi bencana, gempa bumi misalnya,” papar Selo dilansir dari laman UGM, Selasa, 3 September 2024.

Ketua Tim Peneliti,Gesang Nugroho menuturkan pesawat nirawak yang mendapat pendanaan dari LPDP ini memiliki tingkat efisiensi sangat tinggi. Untuk sekali terbang mampu bertahan di udara selama 6 jam dengan jangkauan telemetri sejauh 500 kilometer.
 
“6 jam terbang mampu melakukan mapping 3500 hektar,” ujarnya.
 
Gesang menegaskan, pesawat ini dapat digunakan untuk bermacam keperluan tergantung sensor yang dibawa. Pesawat nirawak ini pun bisa digunakan untuk recognition militer yaitu mengintai kondisi musuh yang jaraknya masih jauh.
 
Dapat pula digunakan untuk patroli laut, pemantauan perkebunan, pemantauan pertambangan, dan lain-lain. Bahkan pesawat ini sudah tes dan melalui uji kehandalan sehingga selain ke Kemenhankam RI, pesawat ini menurut rencana akan dipromosikan ke instansi-instansi yang lain.
 
Untuk kepentingan research and development, Gesang menjelaskan Pesawat Palapa-S1 memerlukan waktu selama 3 tahun. Dimulai sejak tahun 2021, pesawat ini terus dikembangkan agar strukturnya semakin ringan, semakin kuat sehingga payloadnya bisa semakin tinggi.
 
“Ini sudah tahun ketiga, dan rangkaian pengujian-pengujian sudah kita laksanakan. Pesawat ini pada awalnya akan dimanfaatkan untuk deteksi dini kebakaran hutan. Jadi informasi titik panas yang diperoleh maka pesawat akan melakukan pemadaman setelah mendapat data yang valid”, jelasnya. 
 
Dahulunya, pesawat ini pada awal pengembangannya sempat disaksikan oleh Presiden Terpilih, Prabowo Subianto.  "Cuma saat itu belum diuji kemudian Pak Prabowo saat itu mengatakan kalau sudah diuji akan dimanfaatkan. Ini pesawat sudah selesai, sudah tes, sudah diuji keandalannya maka UGM akan melakukan pembicaraan kelanjutan,” sambungnya
 
Meski Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) masih 30-40 persen, Gesang menuturkan akan terus ditingkatkan dan sangat siap diproduksi karena pesawat dibuat dengan cara dicetak. Sedangkan kapasitas pembuatan selama 3 bulan mampu menghasilkan 7 unit pesawat.
 
Semua telah melalui serangkaian pengujian panjang ada uji aerodinamik, uji stabilitas, uji telematri, uji endurance dan uji misi di lingkungan yang sebenarnya. “Pada prinsipnya bisa untuk apa saja. Kalau militer ya membawa bom atau apa sehingga bisa dipergunakan untuk itu,” pungkasnya.
 
Baca juga: Berkat Dosen UGM, Perdagangan Cula Badak Senilai Rp245 Miliar Berhasil Digagalkan

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan