Bahkan, Tim Lab Biokimia dan Pusat Riset Bioteknologi merancang vaksin covid-19 sebelum Indonesia menetapkan status kedaruratan pandemi pada Maret 2020.
“Ketika ada pandemi, kami sebagai tim riset yang meneliti virus, terpanggil mencoba berpartisipasi,” tutur Yusuf dikutip dari laman unpad.ac.id, Kamis, 29 Desember 2022.
Peneliti vaksin lainnya, Ari Hardianto, mengatakan pengembangan riset awal mengenai vaksin covid-19 berdasarkan informasi genetik virus SARS-CoV-2 yang sudah dipublikasikan beberapa waktu setelah covid-19 menyebar di Wuhan. Dari informasi itu, tim memanfaatkannya untuk mendesain vaksin.
Tim yang terdiri atas lebih dari 20 orang ini memperluas kolaborasi, salah satunya dengan mitra industri strategis PT Bio Farma. Tim juga ikut serta dalam program pengembangan Vaksin Merah Putih oleh Kemenristek/BRIN pada 2021.
Yusuf memaparkan riset pengembangan vaksin sudah sering dilakukan peneliti Unpad, namun upaya tersebut masih terbatas pada skala laboratorium. Saat wabah covid-19 melanda yang mendorong dunia bergerak menghasilkan vaksin, riset vaksin di Unpad mengalami akselerasi, dari berskala lab melangkah ke skala pengujian imunogenisitas dan praklinis pada hewan mamalia kecil.
“Setelah terkarakterisasi, kemudian kandidat vaksin rekombinan diujicobakan pada hewan dan dilihat apakah sudah bisa menghasilkan respons antibodi yang spesifik pada SARS-CoV-2 atau tidak. Vaksin rekombinan yang Unpad dan Bio Farma kembangkan sudah sampai ke tahap tersebut,” papar dia.
Pandemi covid-19 telah meningkatkan kapasitas/keterampilan peneliti Unpad di bidang pengembangan vaksin. Dosen Departemen Kimia Fakultas MIPA Unpad tersebut menjelaskan, dari riset tersebut tim berhasil mengembangkan vaksin berdasarkan empat platform teknologi.
Yaitu protein rekombinan, peptida, mRNA, dan vaksin pasif berbasis immunoglobulin yolk (IgY). Keempat teknologi tersebut dikembangkan paralel oleh tim peneliti.
Keempat teknologi tersebut merupakan teknologi modern dalam pengembangan vaksin. Guru Besar FMIPA Unpad yang juga Ketua Pusris Bioteknologi Molekuler dan Bioinformatika Toto Subroto menjelaskan empat teknologi ini sangat visibel dikembangkan di Indonesia.
Dia mengatakan untuk mencapai hilir, teknologi ini perlu dibarengi regulasi, uji keamanan, dan kesiapan industri dalam memproduksi vaksin jenis ini.
Pada teknologi rekombinan, Unpad telah menjalin kerja sama riset dengan PT Bio Farma yang sudah memiliki pengalaman dalam memproduksi vaksin rekombinan. Sementara itu, pada teknologi peptida, Unpad menjadi perguruan tinggi terdepan dalam sintesis peptida di Laboratorium Sentral oleh Rani Maharani.
Teknologi IgY juga dinilai lebih sederhana karena mengambil antibodi dari kuning telur ayam. Melalui teknologi ini, orang akan mendapatkan antibodi tanpa perlu terinfeksi.
Untuk menghasilkan antibodi IgY, peneliti membuat antigen dari virus yang kemudian diimunisasikan ke tubuh ayam, bekerja sama dengan mitra industri PT Tekad Mandiri Citra. Nantinya, tubuh ayam akan menghasilkan antibodi IgY tersebut.
Kendati sudah terbukti aman pada hewan mamalia kecil, teknologi ini masih memiliki berbagai tantangan yang belum diselesaikan karena terbatasnya fasilitas riset, di antaranya uji netralisasi virus dan uji tantang pada hewan macaca. Padahal, di Taiwan, antibody IgY terbukti dapat menetralisir virus SARS-CoV-2 secara in vitro dan in vivo.
Bahkan, di Thailand, produk alat kesehatan berbahan antibodi sudah dibuat dalam bentuk spray nasal untuk melindungi orang terinfeksi covid-19.
“Terlepas dari itu, meskipun secara hasil belum dapat mentranslasi riset menjadi produk hilirnya, namun dari segi proses, ini pertama kalinya Unpad bisa berjalan panjang sehingga jadi bekal kita ke depan dalam mengembangkan vaksin. Mudah-mudahan ini jadi upaya meningkatkan capacity building dalam pengembangan vaksin di Unpad,” papar Yusuf.
Riset pengembangan vaksin oleh Unpad mendapat apresiasi dari berbagai pihak, salah satunya Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Pada September 2022, Unpad dipercaya menerima lima peserta magang dari negara anggota OKI untuk belajar mengenai teknologi perancangan vaksin dengan bioinformatika.
Toto mengatakan kepercayaan ini sekaligus menjadi tantangan bagi Unpad untuk terus mengembangkan riset mengenai vaksin. “Kalau kita ajarkan teknologi yang lama, mereka tidak akan tertarik. Kita akan lebih percaya diri menjelaskan yang baru, di mana kita punya pengalaman di situ. Mereka perlu pengetahuan itu,” ujar dia.
Yusuf mengatakan kepercayaan ini diharapkan ada keberlanjutan. Sehingga, ada peneliti negara OKI lain yang dikirim untuk belajar ke Unpad.
Hal ini sekaligus menjadi makna negara-negara Islam di dunia menaruh harapan besar kepada Indonesia untuk menjadi yang terdepan dalam bidang bioteknologi, khususnya kesehatan. Yusuf mengatakan dalam mewujudkan upaya tersebut, tentunya tidak bisa dilakukan sendiri.
Kolaborasi diperlukan dalam mendukung penguatan teknologi vaksin di tingkat nasional. Pandemi membuat Indonesia berbenah. Ke depan, BRIN akan punya fasilitas uji praklinis yang dapat digunakan bersama oleh seluruh peneliti vaksin di Indonesia.
“Selain covid-19, masih banyak masalah kesehatan di Indonesia yang perlu ditangani melalui pengembangan vaksin, seperti demam berdarah dengue dan yang lainnya,” tutur Yusuf.
Baca juga: Patenkan 1.518 Produk Riset, Unpad Jadi Perguruan Tinggi ke-3 Pemohon Hak Cipta Terbanyak |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News