Dosen ITB Akhmad Zainal Abidin. DOK ITB
Dosen ITB Akhmad Zainal Abidin. DOK ITB

Masaro, Teknologi Pengelolaan Sampah Bikinan ITB yang Bisa Jadi Cuan

Renatha Swasty • 23 Oktober 2023 09:30
Jakarta: Institut Teknologi Bandung (ITB) turut berperan dalam pengelolaan sampah di Indonesia. Salah satunya lewat teknologi Manajemen Sampah Zero atau Masaro ITB di bidang pertanian, peternakan, dan perikanan yang bisa menghasilkan cuan.
 
Dosen ITB Akhmad Zainal Abidin menjelasakn Masaro merupakan pengelolaan sampah yang menghasilkan zero waste. Masaro mengubah paradigma sampah yang awalnya cost center (kumpul–angkut–buang) menjadi profit center (pilah–angkut–proses–jual).
 
Melalui konsep tersebut, tempat pembuangan akhir (TPA) bisa diabaikan karena sampah diolah menjadi produk. Akhmad mengatakan Masaro membuat sampah menjadi bahan baku untuk berbagai bidang dari pertanian hingga penguat jalan aspal.

“Ini bisa menjadi revolusi bagi pengolahan sampah, pertanian, dan peternakan. Memupuk satu hektare sawah cukup dengan satu kilo sampah, tidak perlu pupuk kimia,” ujar Akhmad dalam webinar Kontribusi ITB untuk Bangsa bertema “Permasalahan Pengelolaan Sampah Kota (Fokus: Pendidikan, Teknologi, dan Rencana Jangka Panjang)” yang digelar Forum Guru Besar ITB dikutip dari laman itb.ac.id, Senin, 23 Oktober 2023.
 
Akhmad memaparkan sampah dalam sistem pengolahan Masaro terbagi menjadi tiga jenis, yakni sampah residu (anorganik), seperti plastik, kayu, tisu, kertas bakar, popok, pembalut, kain, karpet. Lalu sampah daur ulang, seperti plastik, logam, kertas, dan kaca; dan sampah membusuk baik yang mudah membusuk dan sulit membusuk.
 
Sampah yang mudah membusuk, seperti sampah makanan, sayur, buah, hingga jeroan diolah menjadi pupuk. Sebanyak 1 kg sampah mudah membusuk dapat menjadi 12 liter Pupuk Organik Cair Istimewa (POCI) maupun Konsentrat Pakan Organik Cair Istimewa (KOCI) yang harganya mencapai Rp96.000.
 
Sementara itu, sampah lambat membusuk meliputi daun, kulit buah keras, tulang, hingga kayu lunak diproses dengan pengomposan yang menggunakan sejumlah teknologi. Pengomposan yang normalnya berbulan-bulan, kini hanya memerlukan waktu 7 hari.
 
Adapun sampah plastik, kertas tidak bernilai, pembalut, bungkus makanan, dan barang bekas yang dapat terbakar diolah dengan insenerator yang menghasilkan pestisida organik untuk mencegah hama tanaman dan pertanian. Sebanyak 1 ton sampah bisa menghasilkan 4.000 liter pestisida organik.   
 
Akhmad mengungkapkan salah satu hasil dari penggunaan produk Masaro bagi pertanian di Tinumpuk, Indramayu, pada 2016. Lahan pertaninan yang menggunakan produk Masaro lebih cepat panen 2 minggu padahal ditanam lebih lambat 10 hari.
 
Selain itu, biaya yang dikeluarkan 2/3 lebih murah, tidak terkena hama, hasil lebih bersih, panen meningkat dari 5 ton menjadi 8,4 ton, dan pH tanah menjadi netral. Dia berharap teknologi tersebut dapat diterapkan lebih masif untuk penanganan sampah di Indonesia dan menjadikan bidang pertanian, peternakan, dan perikanan lebih bersih dan menguntungkan.
 
Baca juga: Dosen Lingkungan UI: Perlu Regulasi Detail Atasi Sampah

Kuliah di kampus favorit dengan beasiswa full kini bukan lagi mimpi, karena ada 426 Beasiswa Full dari 21 Kampus yang tersebar di berbagai kota Indonesia. Info lebih lanjut klik, osc.medcom.id.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan