Namun, implan tulang di Indonesia kebanyakan masih berupa impor. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) turut berupaya melakukan riset implan tulang.
Berbagai material implan diteliti agar sesuai dengan kondisi tubuh jaringan manusia. Tujuannya, agar Indonesia bisa mandiri memenuhi kebutuhan implan dalam negerinya sendiri.
Kepala ORNM–BRIN, Ratno Nuryadi, menyampaikan di BRIN ada riset material kesehatan terkait dengan pengembangan material komposit pada kompatibel material untuk alternatif material implan tulang sementara.
“Isu di kesehatan selalu cepat sekali perkembangannya. Mudah-mudahan kita bisa mengikuti perkembangan dari ilmu teknologi riset dan inovasi di bidang ini, khususnya untuk material implan tulang,” ujar Ratno dalam webinar bertajuk ORNAMAT Seri 15 dikutip dari laman brin.go.id, Jumat, 21 Oktober 2022.
Peneliti dari Pusat Riset Material Maju, Iwan Setyadi, menjelaskan penelitian yang tengah dikembangkan yakni ‘Pengembangan Komposit Magnesium-Carbonate Apatite (Mg-xCA) Bioabsorbable’ untuk Alternatif Material Implan Tulang Sementara (Temporary Bone Implant)’.
Iwan menyebut terdapat perbedaan antara implan permanen dan implan sementara. Implan permanen bersifat inert, tahan korosi, dan membutuhkan operasi pasca penyembuhan.
Sementara itu, implan sementara memiliki kesesuaian antara kekuatan dan laju korosi, biokompatibel, dan tanpa operasi pasca penyembuhan. Dia mengatakan ada paradigma dokter ortopedi untuk mengembangkan implan tulang sementara.
“Hal ini menarik minat banyak peneliti, karena tidak memerlukan pelepasan pasca implantasi, setelah kesembuhan pasien yang mengalami traumatik tulang,” kata Iwan.
Untuk itu, peneliti mengembangkan dengan menggunakan logam biodegradable, yang salah satunya adalah logam Magnesium (Mg). Sehingga, implan ini dapat menjadi alternatif, selain implan tulang permanen berbahan bioinert (SS316L dan paduan titanium), yang selama ini digunakan.
Riset Iwan berfokus pada peningkatan kemampuan Magnesium melalui pembentukan komposit berbasis Magnesium dengan penguat Carbonate Apatite (CA). “Dengan menggunakan CA sebagai penguat, memiliki keunggulan lebih mudah diserap dan tidak membentuk jaringan fibrotik dibandingkan Hydroxiapatite (HA), sehingga lebih disukai untuk penyembuhan tulang,” jelas Iwan.
Riset ini telah menghasilkan prototipe awal material berupa rod dan pelat. Saat ini, terus diupayakan bagaimana meningkatkan sifat mekanis dan memperbaiki laju degradasi Magnesium-Carbonate Apatite dengan tetap menjaga sifat biokompatibilitaasnya melalui proses penguatan deformasi agar dapat diaplikasikan.
Iwan menyebut kerja sama antar disiplin ilmu perlu dilakukan terutama dengan dokter dan akademisi lainnya untuk proses pengembangan lebih lanjut. Dalam riset ini telah terjalin kerja sama dengan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (Departemen Teknik Mesin, dan Departemen Teknik Metalurgi dan Material) dan Fakultas Kedokteran UI (Departemen Ortopedi dan Traumatologi).
Baca juga: Ratusan Juta Orang Berisiko Kena Osteoporosis, Dosen Unesa Bagikan Cara Pencegahannya |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News