Salah satu periset utama CAW Lab Dyah Triarini Indirasari mengungkapkan kemampuan regulasi emosi yang baik berperan untuk menghindari seseorang menjadi adiktif atau kecanduan. Kemampuan untuk bangkit kembali juga lebih baik.
Competitive gamers menggunakan esports, kata dia, bisa sebagai wadah aktualisasi diri dan pembentukan identitas. Seperti perasaan diakui kemampuan dan kapabilitasnya untuk berkembang.
"Sebab, masa remaja adalah masa krusial pencarian jati diri yang membutuhkan aktualisasi untuk mengetahui minatnya apa," ungkap Dyah dalam keterangannya, Selasa, 21 Februari 2023.
Ia mengatakan riset bertajuk Bermain Game Kompetitif Kembangkan Kepribadian Pelajar itu dilakukan untuk mengetahui fungsi kognitif dan psikologis secara komparatif pada 130 siswa. Mereka terbagi menjadi tiga kategori, yakni competitive gamers, casual gamers, dan non gamers.
Partisipan adalah pelajar di DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Penelitiannya menggunakan pendekatan kuantitatif seperti eksperimen dan kuesioner, serta pendekatan kualitatif seperti focus group discussion (FGD).
"Hasilnya pelajar yang bermain esports memiliki aspek kognitif dan psikologis yang lebih baik dibandingkan pemain gim kasual atau pelajar yang tidak bermain gim," ungkap Dosen Fakultas Psikologi UI itu.
Hasil riset ini dipaparkan kepada sekitar 400 perwakilan sekolah di Jakarta dalam sebuah forum, beberapa waktu lalu. Guru SMA Negeri 74 DKI Jakarta, Fahmi Firmansyah, yang hadir dalam paparan tersebut juga sepakat, esports menjadi salah satu wadah bagi pelajar dalam membentuk karakter dan kemampuan diri. Fahmi mengatakan para pelajar yang bermain esports mengalami peningkatan karakter dan kemampuan secara positif.
"Ada perubahan yang signifikan dan positif dari bermain esports bagi pelajar berupa soft skill, kerjasama, komunikasi yang sangat kami rasakan dari anak-anak yang bermain esports. Dan hal ini juga bisa menjadi wadah apresiasi dan prestasi bagi pelajar," beber Fahmi.
Fahmi menjelaskan kekhawatiran-kekhawatiran terhadap bermain gim yang selama ini dirasakan orang tua dan guru sejatinya dapat diatasi. Sebab, melalui esports, pelajar justru mendapatkan pendampingan, pembinaan, sekaligus pengawasan saat bermain gim.
"Dari pengalaman kami dalam mendampingi turnamen, ada pembinaan dan pengarahan sehingga ada pendampingan dari guru. Dan kedua orang tua juga terlibat, dan sampai hadir menyaksikan anak-anaknya. Sehingga saat ada apresiasi untuk esports, orang tua dan guru justru bisa mengingatkan soal kewajiban pelajar untuk sekolah, belajar yang tidak boleh ditinggalkan,” jelas Fahmi.
Sementara itu, Direktur RRQ MABAR Aziz Hasibuan menambahkan sebagai bentuk komitmen dalam mendorong pengembangan potensi nonakademik pelajar, RRQ MABAR juga memberikan panggung bagi para pelajar dan sekolah untuk mengembangkan minat terhadap esports. Sehingga, bermain gim yang pelajar lakukan dilakukan selaiknya olahraga dengan aspek kompetitif, terstruktur, dan kerja sama.
Bagi sekolah yang berminat membantu pelajar untuk menjadikan gim sebagai olahraga esports, RRQ MABAR menyiapkan panduan khusus secara gratis. Sekolah di seluruh Indonesia juga dapat berpartisipasi dalam turnamen esports yang diadakan RRQ MABAR.
"Dengan menjadi bagian turnamen ini, pelajar dan sekolah akan berkesempatan tampil di berbagai platform media dari Team RRQ, tim asal Indonesia yang saat ini merupakan tim dengan viewership terbesar di Indonesia dan terbesar kedua di dunia (berdasarkan riset escharts)," papar Aziz.
Baca: Intip Teknologi Pengelolaan Sampah Hasil Riset BRIN |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id