“Mayoritas masyarakat pedesaan menghadapi dinamika ekonomi akibat pendapatan yang rendah, tak terkecuali di Desa Bojongkembar ini. Di tengah keterbatasan itu, muncul tren ‘Joget Sadbor’ yang dipelopori seorang warga bernama Gunawan pada tahun 2020,” ujar Ketua tim mahasiswa, Muhammad Daffa Haikal, melalui keterangan pers, Selasa, 14 Oktober 2025.
Riset itu dituangkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) berjudul “Joget Sadbor: Eksplorasi Fenomena Alternatif Profesi Petani menjadi Live Streamer TikTok dalam Konteks Sosial Ekonomi pada Masyarakat Desa Bojongkembar.
Awalnya, Joget Sadbor sekadar hiburan di TikTok. Kemudian, berkembang menjadi sumber penghasilan alternatif oleh sekitar 300 warga, termasuk petani.
“Kami ingin tahu apakah Joget Sadbor hanya sekadar tren hiburan, atau benar-benar bisa menjadi profesi alternatif yang berkelanjutan tanpa meninggalkan identitas mereka sebagai petani,” jelas Daffa.
Hasil riset menunjukkan dari sisi ekonomi, profesi live streamer memberikan pendapatan lebih tinggi dibandingkan dengan bertani. Rata-rata penghasilan sebagai streamer mencapai Rp2,5-3 juta per bulan, sedangkan petani hanya sekitar Rp1,5 juta.
Dari sisi sosial, fenomena ini justru memperkuat kebersamaan dan interaksi antarwarga, menciptakan ruang baru bagi masyarakat untuk saling mendukung. Meskipun dihadapkan pada tantangan citra dan nilai sosial.
Joget Sadbor terbukti menjadi strategi adaptif masyarakat desa dalam menghadapi perubahan dan peluang di era ekonomi digital. “Mereka tetap berprofesi petani. Live streaming ini dijadikan sebagai bentuk sampingan atau alternatif job untuk mendapatkan pendapatan,” ujar Daffa.
Tren Joget Sadbor mencerminkan kemampuan adaptasi masyarakat desa di era ekonomi digital. Di balik layar TikTok, tersimpan upaya komunitas pedesaan untuk keluar dari tekanan ekonomi dengan cara kreatif.
“Fenomena ini menunjukkan bahwa inovasi bisa tumbuh dari keterbatasan. Namun literasi digital dan pendampingan tetap penting agar masyarakat dapat menggunakan media sosial secara bijak dan produktif,” tegas dia.
Tim mahasiswa juga merekomendasikan langkah strategis bagi pemerintah daerah, antara lain membentuk unit manajemen komunitas streamer, menyelenggarakan pelatihan untuk mengintegrasikan konten pertanian ke dalam media digital, serta melakukan rebranding agar pelaku Joget Sadbor dapat menjadi Duta Digital Desa yang memperkuat ekonomi lokal sekaligus membangun citra positif daerah.
“Kami berharap fenomena seperti ini dapat menjadi inspirasi bahwa masyarakat pedesaan mampu memanfaatkan digitalisasi untuk meningkatkan kesejahteraan tanpa kehilangan jati diri sebagai petani,” tutur Daffa.
Penelitian ini dilakukan oleh Muhammad Daffa Haikal (ketua), Faidzul Anwar Widodo, Fauzan Akbar, Nasywa Lira dari Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, dan Cameliya Ulya dari Program Studi Statistika dan Sains Data. Mereka mendapat bimbingan dari dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Ir Nindyantoro, MSP.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id