Tabel waktu Hari Tanpa Bayangan. Foto: Dok. BRIN
Tabel waktu Hari Tanpa Bayangan. Foto: Dok. BRIN

Fenomena Hari Tanpa Bayangan dapat Dilihat Mulai Besok, Catat Tanggal Lengkapnya!

Citra Larasati • 06 September 2022 22:39
Jakarta:   Letak geografis Indonesia yang berada pada 6o Lintang Utara (LU) hingga 11O Lintang Selatan (LS) dan membelah garis khatulistiwa (0o) memungkinkan matahari pada suatu titik tepat berada tegak lurus di atas kita.  Hal tersebut menyebabkan fenomena hari tanpa bayangan atau biasa disebut dengan kulminasi.
 
Fenomena kulminasi tersebut akan berlangsung di Indonesia mulai tengah hari besok 7 September hingga 21 Oktober 2022. Fenomena ini dapat diamati dari berbagai wilayah di Indonesia dalam waktu yang berbeda tergantung dari letak geografis masing-masing daerah.
 
Periset Pusat Riset Antariksa BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Andi Pangerang menjelaskan, fenomena ini disebabkan karena nilai deklinasi Matahari pada periode tersebut akan sama dengan lintang geografis wilayah Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan matahari akan berada tepat di atas kepala.

“Karena nilai deklinasi matahari sama dengan lintang geografis wilayah Indonesia, maka matahari akan berada tepat di atas kepala kita saat tengah hari. Ketika Matahari berada di atas Indonesia, tidak ada bayangan yang terbentuk oleh benda tegak tidak berongga saat tengah hari, sehingga fenomena ini dapat disebut sebagai Hari Tanpa Bayangan Matahari,” jelas Andi.

Dua Kali Setahun

Hari tanpa bayangan sendiri terjadi dua kali setahun untuk daerah yang terletak di antara Garis Balik Utara (Tropi of Cancer; 23,4O LU) dan Garis Balik Selatan (Tropic of Capricorn; 23,4O LS) atau di sekitar garis khatulistiwa. Sementara, untuk daerah yang terletak di Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan akan mengalami hari tanpa bayangan hanya sekali setahun, yakni Ketika Solstis Juni (21/22 Juni) maupun Solstis Desember (21/22 Desember).
 
Sedangkan di luar wilayah tersebut, matahari tidak akan berada di atas kepala (zenit) ketika tengah hari sepanjang tahun.  Di Indonesia sendiri nilai deklinasi Matahari bervariasi antara +6O hingga -11O (6O LU hingga 11OLS) sejak pekan kedua bulan September hingga pekan ketiga bulan Oktober.
 
“Deklinasi merupakan sudut apit antara lintasan semu Matahari dengan proyeksi ekuator Bumi pada bola langit atau disebut juga dengan ekuator langit,” terang Andi.

Tips Menyaksikan Hari Tanpa Bayangan

Andi memberikan tips untuk bisa menyaksikan fenomena hari tanpa bayangan matahari. “Yang pertama siapkan benda tegak seperti tongkat atau spidol atau benda lain yang dapat ditegakkan. Lalu letakkan di permukaan yang rata dan amati bayangan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Jangan lupa untuk mendokumentasikannya dengan foto atau rekaman video saat proses tidak adanya bayangan matahari,” paparnya.
 
Andi juga menambahkan, apabila cuaca berawan, fenomena ini dapat disaksikan paling cepat lima menit sebelum atau paling lambat lima menit setelah waktu yang ditentukan. Hal ini dikarenakan di luar rentang waktu lima menit tersebut bayangan akan muncul kembali.
 
“Kota Pontianak akan mengalami fenomena ini saat terjadinya ekuinoks pada 23 September pukul 11.35.10 WIB. Untuk di Pulau Jawa, beberapa kota besar akan mengalaminya antara tanggal 9 Oktober-13 Oktober. Seperti di Jakarta yang akan terjadi pada 9 Oktober pada 11.39.59 WIB, Semarang pada 11 Oktober 11.25.08 WIB, Surabaya pada 12 Oktober 11.15.34 WIB, dan Yogyakarta pada 13 Oktober 11.24.51 WIB," ujar Andi.

Hati-Hati Hoaks

Saat sinar Matahari datang tegak lurus dengan permukaan Bumi intensitas sinar atau radiasi akan maksimum. Akan tetapi intensitas ini tidak serta merta mempengaruhi kenaikan suhu di permukaan Bumi saat siang hari di wilayah yang mengalami hari tanpa bayangan.
 
Hal ini dikarenakan kenaikan suhu tidak hanya dipengaruhi oleh sudut penyinaran, melainkan juga oleh tutupan awan, kelembaban, dan jumlah bibit awan hujan. Semakin kecil tiga faktor tersebut, maka suhu permukaan Bumi akan semakin tinggi saat tengah hari.
 
“Jarak bumi dan matahari juga sedikit berperan dalam kenaikan dan penurunan suhu rata-rata global permukaan Bumi, meskipun hanya kurang lebih 2,4OC,” lanjut Andi.
Baca juga:  Pakar UGM: Fenomena Hari Tanpa Bayangan Potensial Menarik Wisatawan

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan