Ilustrasi Unpad. DOK Unpad
Ilustrasi Unpad. DOK Unpad

Peneliti Unpad Manfaatkan Matematika untuk Kendalikan DBD hingga Covid-19

Renatha Swasty • 01 Februari 2024 16:12
Jakarta: Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof. Nursanti Anggriani, mengatakan matematika bukan hanya sesuatu yang bersifat abstrak. Matematika merupakan ilmu dasar yang menjadi penopang dan selalu berinteraksi dengan bidang ilmu lainnya, seperti kedokteran, khususnya mengenai penyebaran penyakit.
 
Hal ini mendorong Nursanti membuat model matematika untuk mengkaji infeksi ulang dengan jenis serotype virus yang sama pada penyakit demam berdarah. Nursanti mengkaji efek infeksi ulang dengan jenis serotype virus yang sama untuk menyelidiki efek dari peningkatan ketergantungan antibodi.
 
"Dapat dilihat infeksi ulang dengan serotype yang sama berkontribusi terhadap peningkatan jumlah kasus demam berdarah, baik kasus demam berdarah primer atau sekunder,” kata Nursanti dalam diskusi Sajabi “Peran Matematika dalam Pengendalian Penyakit Menular” melalui keterangan tertulis, Kamis, 1 Januari 2024.

Nursanti juga melakukan penelitian pada penyakit covid-19. Dia menjelaskan faktor yang paling penting adalah melihat penurunan imunitas dari populasi sehat, populasi rentan, populasi terinfeksi dengan gejala dan tanpa gejala, populasi sembuh, populasi yang pernah terinfeksi, serta populasi karantina.
 
“Kemudian dari paper ini dibuat asumsi yang digunakan dalam perumusan model matematika untuk penyebaran penyakit covid-19 tersebut. Asumsinya mengatakan individu dengan gejala dan tanpa gejala akan menjalani rawat inap atau karantina,” papar Nursanti.
 
Berdasarkan analisis matematis tersebut diperoleh kekebalan tubuh atau waning immunity yang menurun dapat meningkatkan terjadinya wabah. Oleh karena itu, periode isolasi dapat menghambat proses penyebaran penyakit covid-19 sehingga kebijakan yang dapat dilakukan adalah diberlakukannya karantina untuk menjaga jarak.
 
Nursanti menjelaskan penelitian mengenai penyakit covid-19 juga dilakukan melalui sudut pandang lain untuk penentuan biaya cadangan penanganan pasien. Melalui model matematika yang dikembangkan, Nursanti dan tim dapat memproyeksikan jumlah pasien yang membutuhkan rawat inap.
 
Hasil proyeksi jumlah pasien tersebut kemudian digunakan untuk menentukan biaya pengobatan dan penambahan tempat tidur mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia.
 
"Hasilnya menunjukan jumlah kasus terinfeksi akan bertambah dari waktu ke waktu, tetapi kasus terinfeksi ini akan selalu mendapatkan perawatan fasilitas kesehatan,” jelas Nursanti.
 
Selain itu, ia juga mengembangkan model matematika lainnya untuk mengkaji dampak isolasi mandiri dan rawat inap terhadap dinamika populasi akibat virus corona. Melalui simulasi yang dilakukan pada penelitian ini didapatkan hasil covid-19 berkurang jika kebijakan seperti isolasi mandiri dan rawat inap diberlakukan.
 
Hal ini terkait dengan mengurangi kontak langsung antara individu yang terinfeksi dengan individu yang rentan terinfeksi. “Dari sensitivitas analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa strategi pengendalian meminimalkan penyebaran infeksi covid-19 di masyarakat,” papar dia.
 
Baca juga: Peneliti Unpad Bikin Ulceosan, Plester untuk Sariawan

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan