Riyan mengungkapkan stereotaktik yang didesain bersama Achmad Fahmi bertujuan menciptakan alat yang lebih baik dari yang ada di pasaran. “Fahmi memberikan masukkan seputar desain, kebutuhan alat, dan pengembangan berdasarkan pengalamannya sebagai pengguna,” ungkap Riyan dalam keterangan tertulis, Jumat, 28 April 2023.
Riyan menjelaskan serupa dengan penggunaan stereotaktik neurosurgery umumnya, cara kerja BrainRY dengan memasang bagian localizer pada tengkorak kepala pasien saat Computed Tomography (CT) Scan. Hasil citra CT Scan akan digabungkan dengan citra otak pasien dari hasil pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Magnetic Resonance Angiography (MRA).
Kemudian, co-register atau proses penggabungan ketiga citra tersebut dilakukan menggunakan perangkat lunak BrainNAV yang menerapkan teknologi AI. Penyatuan beberapa citra hasil pemindaian ini akan memberikan gambar struktur otak dan pembuluh darah yang lebih komprehensif.
“Sehingga memudahkan dokter dalam memvisualisasikan kepala pasien sebelum melakukan operasi,” beber dia.
Riyan mengatakan pada operasi otak, BrainNAV memungkinkan dokter menentukan lokasi target yang ingin dioperasi dengan penandaan koordinat titik tersebut. Kemudian, berdasarkan koordinat tersebut, perangkat keras BrainRY dapat menyesuaikan posisi jarum operasi dengan mengarahkannya pada target anatomi otak secara akurat dan presisi dengan tingkat kesalahan maksimum sebesar 0,9 mm.
Peraih peringkat pertama SINTA Award 2019 ini melanjutkan, pembuatan prototipe alat ini juga menggandeng ZENMED+ sebagai salah satu produsen alat kesehatan di Indonesia. Sedangkan, BrainNAV merupakan hasil kerja sama dari tim yang terdiri dari dosen, mahasiswa S1, S2, dan S3 di ITS.
“Dua dosen Departemen Teknik Informatika ITS yakni Prof Dr Chastine Fatichah dan Kelly Rossa Sungkono SKom MKom turut menjadi sosok di balik suksesnya penelitian ini,” ujar dia.
Riyan mengungkapkan beberapa fitur yang menjadi kelebihan utama dari BrainNAV. Seperti 20 kali pembesaran citra untuk memberikan tindakan lebih presisi, kemampuan menyesuaikan tingkat kecerahan gambar, dan pemodelan 3D untuk memberikan gambaran struktur otak dari berbagai sisi.
Tak hanya itu, perangkat lunak BrainNAV juga memungkinkan proses ekspor gabungan hasil pemindaian dalam bentuk Digital Imaging and Communications in Medicine (DICOM). Selain itu, juga pembacaan citra DICOM beberapa pasien secara bersamaan dalam satu perangkat, dan penentuan beberapa bagian otak seperti Anterior Commissure (AC), Posterior Commissure (PC), dan Ventral Intermediate Nucleus (VIM) dari thalamus secara otomatis.
Profesor yang juga masuk sebagai Top 2% Scientist in the World 2022 ini berharap inovasi yang sedang dalam tahap uji in vitro ini dapat memberikan dukungan bagi kebutuhan bedah saraf otak di Indonesia. Selain itu, dengan harga lebih terjangkau akan membuahkan semakin banyak jumlah rumah sakit yang memiliki alat medis ini.
“Dengan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang tinggi, tentu harga dari alat ini akan lebih terjangkau ketimbang alat stereotaktik impor,” ujar dia.
Riyan juga berharap hasil penelitian yang dibiayai Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) ini dapat mendorong peneliti dan akademisi memajukan industri peralatan medis dalam negeri. “Semoga riset ini dapat membawa kebermanfaatan bagi banyak orang sekaligus menjadi inisiator dari kemajuan industri medis di Indonesia,” tutur dia.
BrainRY dan BrainNAV turut dipamerkan di Paviliun Indonesia pada ajang Hannover Messe 2023 di Jerman yang diselenggarakan pada 17-21 April 2023. Gelaran ini merupakan salah satu pameran industri internasional terbesar dan bergengsi di Eropa serta diikuti berbagai penggiat industri dari lintas negara di dunia.
Baca juga: Guru Besar ITS Memamerkan Stereotactic di Hannover Messe 2023 |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News