Penasaran sejarah di balik Hari Guru Nasional? Langsung cek artikel berikut ini dikutip dari laman Pahamify:
Guru di Masa Hindia Belanda
Ketika membahas sejarah di balik Hari Guru Indonesia, hal ini tidak luput dari perjuangan tokoh serta tenaga pendidik pada era abad ke-20 di mana kesenjangan sosial antara masyarakat pribumi dan orang Eropa (Belanda) sangat terlihat.Pada era Hindia Belanda, pemerintah Hindia Belanda berada pada strata tertinggi pada struktur sosial dengan orang-orang pribumi menempati status sosial terendah. Mereka membagi struktur serta status sosial tersebut berdasarkan keturunan, pendidikan, pekerjaan, serta penghasilan orang-orang. Sama halnya dengan warga yang berprofesi sebagai guru.
Pada masa itu, kedudukan seorang guru hanya diakui berdasarkan keturunannya. Mayoritas guru bumiputera berasal dari kalangan biasa, seperti pedagang, petani, atau pegawai. Ada juga yang berasal dari kalangan priyayi namun jumlahnya sangat sedikit.
Pembagian Penghasilan Guru Masa Hindia Belanda
Tentunya, penghasilan guru pada era Hinda Belanda juga dipengaruhi dari status sosial dan kedudukannya, lho. Departemen Pendidikan dan Agama (Departement van Onderwijs en Eredienst) kala itu bertanggung jawab mengelola gaji serta kebijakan penghasilan guru berdasarkan ijazah mereka.Pada era itu, ijazah seorang guru berisikan tentang dari mana asal serta tempat ia belajar. Ijazah tersebut juga digunakan sebagai tolok ukur kualitas guru. Rata-rata guru berpangkat tinggi berasal dari lulusan sekolah khusus orang Eropa yang biasanya hanya bisa dimasuki oleh kalangan priyayi atau bangsawan berkedudukan tinggi. Berikut daftar upah guru pada masa kependudukan Belanda:
- F70-F250 (gulden) per bulan – Guru lulusan Hogere Kweekschool (HKS) atau Hollands Inlands Kweekschool (HIK)
- F75-150 per bulan – Guru lulusan Pendidikan Keguruan (Kweekschool), biasanya menjabat sebagai Kepala Sekolah Kelas Satu atau Guru Sekolah Kelas Satu
- F130 per bulan – Guru lulusan Hoofdacte
- F125 per bulan – Guru lulusan Europese Kweekschool
- F30-45 per bulan – Guru lulusan Sekolah Guru (Normaalschool)
- F20-30 per bulan – Guru bantu Sekolah Kelas Dua lulusan Kursus Bantu
- F7,50 per bulan – Guru lulusan Sekolah Desa.
Berdirinya PGHB
Salah satu anggota Pengurus Besar Budi Utomo, Raden Mas Ngabehi Dwidjosewojo – guru kalangan priyayi, mengumpulkan seluruh guru pribumi untuk mendirikan PGHB atau Perserikatan Guru Hindia Belanda pada 1912.Perserikatan ini beranggotakan guru bantu, guru desa, kepala sekolah, serta pemilik sekolah. Dari sini, mereka mulai membentuk asuransi jiwa nasional pertama yang dinamakan Onderlinge Levensverzekering Maatschappij PGHB (O.L Mij. PGHB). Dengan adanya asuransi ini diharapkan dapat memperjuangkan nasib anggota PGHB yang terdiri dari latar belakang berbeda-beda. Pada akhirnya, asuransi jiwa ini kemudian beralih menjadi Asuransi Jiwa Bumiputera.
Atas kesenjangan sosial dan politik kala itu memengaruhi persatuan antara guru di PGHB sehingga pada 1919, PGHB pecah.
PGHB Bergabung Dengan Organisasi Lain
Tidak berhenti memperjuangkan nasib anggotanya, pada 1930-an, PGHB berusaha kembali dengan bergabung bersama Pesatuan Vakbonden Pegawai Negeri (PVPN) – perpustakaan serikat pekerja pegawai negeri di luar pengaruh partai politik lainnya.Bersama dengan PVPN, PGHB terus memperjuangkan nasib pendidik di bumiputera dengan berserikat dengan organisasi pergerakan lainnya, seperti Budi Utomo, Sarekat Amob, Pasundan, Kaum Betawi, Jong Celebes, dan Sarekat Sumatera untuk menentang penghematan besar-besaran terkait bidang pengajaran pemerintah Hindia Belanda.
Kejadian di Balik Hari Guru Nasional
Terbentuknya Persatuan Guru Indonesia
Setelah bergabung bersama organisasi pergerakan nasional, pada 1933, PGHB berganti nama menjadi Persatuan Guru Indonesia atau PGI. Peralihan nama PGHB menjadi PGI meresahkan pemerintah Hindia-Belanda lantaran penggunaan bahasa “Indonesia” pada nama organisasi tersebut dianggap menunjukkan semangat nasionalisme yang mengkhawatirkan Hindia-Belanda.Peran PGI memajukan pendidikan pribumi
PGI terus mengupayakan kemajukan pendidikan di Indonesia, salah satunya melalui Kongres PGI yang diadakan tiap tahun. Melalui kongres PGI ke-25 di Madiun pada 25-26 November 1936, PGI menentang keputusan pemerintah untuk memindahkan kegiatan pengajaran dari tangan pemerintah pusat ke pemerintah daerah.Tentunya, hal ini dilatarbelakangi dengan kondisi perlengkapan pengajaran yang tidak memadai serta PGI khawatir pemerintah daerah tidak dapat melaksanakan sistem pengajaran yang kompleks yang nantinya akan berakibat pada kemunduran pendidikan masyarakat Indonesia.
Selain itu, PGI juga merumuskan adanya sistem wajib belajar bagi masyarakat pada kongres ke-26nya di Bandung, serta menuntut adanya perbaikan upah guru dan keuangan daerah kepada Pemerintah Hindia Belanda pada kongres ke-27 di Malang.
Berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
Gerakan PGI mengalami kemunduran ketika Jepang mulai menduduki wilayah Indonesia lantaran pemerintah Jepang melarang segala bentuk organisasi atau pergerakan Indonesia serta menutup sekolah dan institusi pendidikan di Tanah Air.Kemudian, situasi berangsung mengalami perubahan sejak proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 di mana hal ini menggerakkan guru serta tenaga pendidik lainnya untuk mengadakan kembali Kongres Guru Indonesia pada 24-25 November 1945 di Surakarta. Dalam kongres ini, guru sepakat menghilangkan strata sosial guru.
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dibentuk tepat 100 hari setelah pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
- Mempertahankan serta melengkapi Kemerdekaan Republik Indonesia
- Meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan Indonesia
- Membela hak-hak serta nasib kaum buruh, khususnya guru atau tenaga pendidik
Sejarah di Balik Peringatan Hari Guru di 25 November
Perjalanan tenaga pendidik Indonesia dalam membangun negeri ini mendorong Presiden Soeharto menjadikannya sebagai hari nasional Indonesia. Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 78 Tahun 1994 mengenai Hari Guru Nasional, Presiden Soeharto menetapkan tanggal 25 November diperingati sebagai hari PGRI – Hari Guru Nasional. Keputusan ini mulai diberlakukan sejak 24 November 1994, saat penetapan Keppres tersebut.Nah itulah ulasan lengkap mengenai Hari Guru Nasional yang bertepatan pada 25 November. Bagi kalian yang ingin mengetahui sejarah menarik lainnya di balik hari-hari nasional Indonesia atau mau mengenal dunia pendidikan lainnya, jangan lupa untuk terus mengikuti Medcom ya!
(Gracia Anggellica)
Baca juga: Berbagai Ide Beri Apresiasi Kepada Orang Tua di Hari Guru Nasional |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id