Athi tengah melanjutkan studi di Inggris sebagai mahasiswa Magister Nanoscience and Functional Nanomaterials di Bristol Centre of Functional Nanomaterials (BCFN), School of Physics, Faculty of Science, University of Bristol. Dia berhasil kuliah di sana dengan beasiswa Indonesia Maju Puspresnas-Kemendikbudristek RI.
Dia mengungkapkan Ramadan di Bristol, Inggris bertepatan dengan musim semi sehingga durasi siang lebih lama. Athi bercerita awal-awal Ramadan, subuh sekitar pukul 05.00 pagi dan magrib pukul 07.00 malam.
Di pertengahan, subuh semakin maju menjadi pukul 04.00 pagi dan magrib semakin mundur pukul 08.00 malam. Lama puasa selama 16 jam tidak mengendorkan semangat Athi untuk terus belajar di tiga laboratorium.
Puasa kali ini, bertepatan dengan mengerjakan proyek tentang nanomaterial untuk sistem pendingin panel surya. Athi kerap bolak-balik ke Materials Lab di School of Physics, Thermofluids Lab di School of Engineering dan Chemistry Laboratory di School of Chemistry.
“Capek banget, ngampus jam 09.00 pulang jam 05.00 dan harus selalu fokus,” ucap Athi dikutip dari laman uny.ac.id, Senin, 17 April 2023.
Athi bisa memanfaat jam istirahat makan siang selama puasa untuk salat di musala kampus sebelum kembali ke lab. Warga Sumenep Madura itu bercerita sebelum puasa, ia sudah mempersiapkan bahan-bahan makanan, seperti beras, bumbu, daging halal, makanan beku, dan buah-buahan.
“Beli daging halal lumayan jauh, harus ke supermarket yang besar dan tidak di pusat kota, jadi saya akalin dengan beli frozen food sosis halal, kebab halal, dan samosa halal yang tinggal di-microwave, goreng, atau oven untuk sahur dan buka,” cerita Athi.
Dia juga sebenarnya ingin tarawih di kampus atau masjid. Namun, lokasinya lumayan jauh sehingga harus naik bus.
"Isya tuh jam setengah 09.00-10.00 malam, berarti selesai tarawihnya tengah malam dong? Agak ngeri juga kalau nge-bus dan jalan kaki sendirian,” cerita Athi yang memilih tarawih di kostnya.
Sebagai minoritas, Athi merasa banyak dukungan dari teman-teman internasionalnya. Dia bercerita ada yang mengucapkan selamat puasa pada jam sahur 03.00 dini hari saat puasa pertama; eman satu kostnya berbagi jus, makanan, dan buah untuk Athi berbuka; teman kostnya berwarga negara China bahkan sampai tahu cara menghitung jam buka puasa dan menyemangatinya.
Teman warga negara Inggrisnya yang merupakan tim risetnya juga sangat perhatian. Athi mengaku kerap ditanya “Are you okay?” (apakah kamu baik-baik saja?) saat Athi kelihatan letih. Atau diminta duduku “Please, sit!” saat eksperimen di lab.
Atau kalimat “You can do it!” saat Athi naik-turun tangga dan “You are very welcome to go home, it’s fine” (kamu tidak apa-apa pulang) ketika Athi dipersilakan pulang lebih awal saat di lab.
Athi bersyukur bisa mendapat pengalaman baru berpuasa di Eropa. Dia juga bangga bisa menjadi representasi saintis muslimah yang tetap menjalankan kewajibannya untuk berpuasa dan belajar.
Baca juga: Cerita Mahasiswa Indonesia, Puasa di UK Rasa Arab Saudi |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News