Salah satunya Indikator Kinerja Utama (IKU) yang digunakan untuk meningkatkan kualitas perguruan tinggi. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Indonesia (UI) Abdul Haris menyatakan, selama satu tahun MBKM berjalan, diakuinya mengejar IKU ternyata bukanlah hal yang mudah.
Dari delapan IKU yang ada, menurutnya yang susah untuk dijalankan ialah mengirimkan 30 persen mahasiswa jenjang S1 untuk mendapatkan pengalaman belajar di luar kampus. Baik yang mengerjakan project based learning, magang, mengajar, riset, proyek sosial, maupun berwirausaha di luar lingkungan kampus.
"Kalau mahasiswa S1 itu kita 31 ribu, artinya ada 10 ribu mahasiswa kita yang S1, D3 dan D4 yang harus kegiatan di luar kampus. Ini harus ada strategi dan menjadi tantangan sendiri," kata Haris, dalam webinar Menciptakan Insan Indonesia Unggul Setahun Implementasi MBKM, Rabu, 10 November 2021.
Meski menjalankan MBKM bersifat opsional, tapi dengan target 30 persen mahasiswa tersebut tentu akan menjadi catatan sendiri bagi UI. "Artinya kita harus menghadirkan kebijakan yang bisa mengadaptasi semua ini. Karena menjadi IKU yang semestinya hak mahasiswa bisa menjadi kewajiban bagi perguruan tinggi untuk menjalankan," terangnya.
Baca juga: Prodi Masih Minim, MBKM Diyakini Bakal Dongkrak Jumlah SDM Bidang AI
Kemudian tantangan di dalam IKU pada poin tersebut di level prodi harus memiliki bukti dokumen kerja sama ketika melepas mahasiswa. Menurutnya hal ini juga mempersulit proses menjalankan IKU.
"Sekarang ini banyak kerja sama tersebut rata-rata berada di level universitas dan fakultas, bukan di level Prodi. Kami inginnya kerja sama tingkat universitas itu bisa juga untuk di bawahnya. Ini menjadi catatan dan menjadi usulan kami ke Dikti," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News