Menristekdikti, Mohamad Nasir saat meninjau pelaksanaan ujian praktik SBMPTN di Kampus B, Universitas Negeri Jakarta (UNJ).  Foto: Medcom.id/Citra Larasati
Menristekdikti, Mohamad Nasir saat meninjau pelaksanaan ujian praktik SBMPTN di Kampus B, Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Foto: Medcom.id/Citra Larasati

Cegah Radikalisme, Latar Belakang Calon Rektor Dikuliti

Intan Yunelia • 06 Juni 2018 20:32
Jakarta:  Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir mengatakan pihaknya akan melakukan penelitian latar belakang calon rektor dalam pemilihan rektor (pilrek) untuk mencegah berkembangnya paham radikal di kampus.
 
"Sebelum pemilihan, kami bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan juga Badan Intelijen Negara (BIN) untuk menyelidik rekam jejak maupun transaksi keuangan dari calon tersebut," ujar Nasir di Jakarta, Rabu, 6 Juni 2018.
 
Hal itu dilakukan agar rektor yang terpilih  nantinya terbebas dari paparan paham radikal. Oleh karena itu, pemilihan rektor kerap molor dari waktunya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Kelembagaan Kemenristekdikti, Patdono Suwignjo mengatakan pihaknya mendata latar belakang calon rektor dengan seksama, agar mencegah orang terindikasi radikalisme menjadi rektor.
 
Sejumlah rektor ketika ditanya terkait sejumlah isu radikalisme yang terjadi di kampus sangat berhati-hati dalam memberikan komentar.  Segala kabar dan berita terkait radikalisme di kampus menunggu hasil pertemuan antara Menristekdikti, Mohamad Nasir dengan seluruh Rektor Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang akan digelar 25 Mei 2018 mendatang.
 
"Sementara saya belum bisa berkomentar.  Rencananya para Rektor akan dikumpulkan oleh Pak Menteri (Menristekdikti) setelah Lebaran,  Mungkin saat itu kami akan mendapat penjelasan yang komprehensif terkait wacana-wacana penanggulangan radikalisme dan terorisme di perguruan tinggi," kata Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Joni Hermana saat dihubungi Medcom.id.
 
Ketika ditanya apakah isu radikalisme ini merugikan ITS, terutama terkait minat calon mahasiswa baru untuk mendaftar, Joni menjawab bahwa sampai saat ini peminat ITS terutama di jalur mandiri tetap tinggi.  "InsyaAllah tidak berpengaruh, peminat jalur mandiri tetap penuh. Masyarakat kan bisa menilai secara obyektif," tegas Joni.
 
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) beberapa waktu lalu menyebutkan, sebanyak tujuh kampus ternama yakni Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Diponegoro (Undip), hingga Insitut Teknologi Surabaya (ITS), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Brawijaya (UB) telah terpapar radikalisme.
 

 

 

 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan