Arqom mengatakan, berbagai kemampuan yang sangat dibutuhkan manusia untuk survive pada revolusi industri 4.0 ini adalah kemampuan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, komunikasi, inisiatif, rasa ingin tahu, empati, kemampuan beradaptasi, dan kegigihan. "Bukan hanya kemampuan, manusia juga harus meningkatkan literasi dan juga numerasi,” imbuh Arqom dikutip dari laman ITB, Jumat, 1 April 2022.
Hal ini disampaikan Arqom, karena tidak hanya berhenti di Revolusi Industri 4.0, dunia akan terus berkembang dan menciptakan Society 5.0: Super Smart Society. Society 5.0 ini akan mengintegrasikan ruang maya dan fisik.
“Hal ini menciptakan sebuah masyarakat yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang mengintegrasikan ruang maya dan ruang fisik,” papar Arqom.
Arqom juga menegaskan bahwa untuk mengikuti perkembangan zaman dengan baik, dibutuhkan nilai moral atau moral value. “Nilai moral ini terdiri dari kebaikan, rasa menghargai, kepedulian, dan toleransi yang bermanfaat untuk alam dan kemanusiaan,” tegas Arqom.
Sedangkan karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik. Tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan yang terpatri dalam diri dan tercermin dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang.
Karakter bisa bersifat individual, sosial, dan mondial. Karakter individual bersifat personal dan merupakan pembawaan dari lahir.
Sementara itu, karakter sosial merupakan konstruksi sosial, dan karakter mondial merupakan karakter universal yang diturunkan dari berbagai prinsip yang bersifat umum. Menurut perspektif filsafat, katanya, karakter adalah pribadi orang yang bijaksana.
“Orang yang bijaksana adalah orang yang logis, etis, estetis, dan religius,” ujarnya.
Jika dipecah lagi, karakter logis terdiri dari berbagai karakter lain seperti kritis, inovatif, sistematis, komprehensif, reflektif, dan radikal. “Radikal yang dimaksud dalam filsafat adalah berpikir secara mendalam dan juga memperhatikan berbagai dampak yang akan terjadi ke depannya sebelum membuat keputusan,” papar Arqom.
Lalu karakter etis terdiri dari kesadaran, kebebasan, dan tanggung jawab. Sementara karakter estetis dapat dinilai secara lahiriah dan batiniah.
Baca juga: 10 Skill Paling Dibutuhkan di Masa Revolusi Industri 4.0
Karakter estetis manusia yang terdalam hanya dapat dinilai secara batiniah. Meskipun, seringkali manusia sering dinilai estetika secara lahiriah. Sementara karakter agamis harus dicerminkan melalui sikap saling menghargai terhadap penganut agama lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News