Konklaf biasanya digelar 15 hingga 20 hari setelah Paus dimakamkan. Sebelumnya, serangkaian ritual kuno akan dijalani, mulai dari pengumuman resmi kematian, penyegelan apartemen Paus, hingga masa berkabung yang dikenal sebagai Novendiali yaitu sembilan hari doa berturut-turut untuk mendoakan jiwa Paus yang wafat.
Saat seorang Paus meninggal dunia, masa Sede Vacante dimulai, yang berarti "takhta suci dalam keadaan kosong". Pejabat Camerlengo atau kepala administrasi sementara Vatikan, bertugas mengesahkan kematian Paus dan menjalankan fungsi-fungsi administratif hingga pemilihan Paus baru. Saat ini, jabatan Camerlengo dipegang oleh Kardinal Kevin Farrell.
Setelah pemakaman yang biasanya diadakan antara hari keempat hingga keenam setelah wafat, para kardinal dari seluruh dunia berkumpul di Roma. Hanya kardinal berusia di bawah 80 tahun yang berhak memberikan suara dalam konklaf. Saat ini, tercatat ada 135 kardinal yang memenuhi syarat.
Baca juga: Kapan Konklaf Dimulai? Ini 7 Fakta Menarik Seputar Pemilihan Paus |
Pemilihan berlangsung di Kapel Sistina, di balik dinding-dinding yang dihiasi lukisan megah karya Michelangelo. Dalam suasana tertutup dan penuh kehikmatan, para kardinal bersumpah menjaga kerahasiaan mutlak. Pelanggaran sumpah ini dapat berujung pada ekskomunikasi.
Setiap kardinal menuliskan nama kandidat pilihannya di kertas bertuliskan Eligo in Summum Pontificem (Aku memilih sebagai Paus tertinggi), lalu memasukkannya ke dalam wadah khusus. Tiga kardinal pengawas akan menghitung suara dan membacakan hasilnya.
Jika belum ada kandidat yang memperoleh dua pertiga suara, surat suara dijahit lalu dibakar. Asap hitam yang mengepul dari cerobong Kapel Sistina menandakan belum terpilihnya Paus baru. Sebaliknya, asap putih dan dentang lonceng Basilika Santo Petrus menandai terpilihnya Paus baru, yang kemudian diumumkan dengan seruan "Habemus Papam" (Kita memiliki Paus).
Beberapa nama disebut-sebut sebagai kandidat kuat dalam konklaf mendatang, di antaranya Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina, Kardinal Peter Turkson dari Ghana, Kardinal Péter Erd? dari Hungaria, dan Kardinal Pietro Parolin dari Italia.
Siapa pun yang terpilih nantinya, ia akan memikul mandat besar memimpin umat Katolik dunia di tengah zaman yang penuh perubahan. Dari balik dinding Kapel Sistina, doa dan pilihan hati para kardinal akan mempersembahkan sosok baru di Takhta Santo Petrus. (Antariska)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News