Annang mengatakan penelitian mengacu pada bukti-bukti yang menunjukkan adanya variasi hubungan antara pertumbuhan linier pada usia anak dan fungsi kognitifnya pada usia remaja. Kurva Tinggi Badan per Umur (TB/U, height-for-age z score=HAZ) untuk anak di Indonesia lebih rendah dari kurva pertumbuhan standar/referensi WHO (kurva WHO).
Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dan kondisi sosio-ekonomi yang spesifik untuk negara Indonesia.
“Penggunaan kurva pertumbuhan spesifik regional/nasional berpotensi meningkatkan kepekaan dalam mengidentifikasi hubungan pertumbuhan linier atau perawakan pendek usia anak dengan fungsi kognitif di masa selanjutnya,” papar Kepala Program Studi Sp-1 Ilmu Kesehatan Anak FK UNS ini dikutip dari laman ugm.ac.id, Rabu, 13 Desember 2023.
Penelitian Annang untuk membandingkan antara Kurva Pertumbuhan Nasional Indonesia dan Kurva WHO. Pembandingan khsusunya dalam mengidentifikasi efek pertumbuhan linier dan perawakan pendek pada usia anak terhadap fungsi kognitifnya pada usia remaja dan dewasa muda.
Data longitudinal dari 1.488 anak-anak Indonesia dari IFLS 1993 untuk menilai pertumbuhan linier dan perawakan pendek pada usia 2-5 tahun menggunakan KN dan Kurva WHO. Subjek penelitian dalam rentan usia remaja dan dewasa muda sebanyak 1.121 dan 796 orang.
Hasilnya menunjukkan penggunaan kurva pertumbuhan nasional Indonesia meningkatkan spesifisitas dalam menilai pengaruh perawakan pendek usia anak terhadap fungsi kognitifnya pada usia remaja dan dewasa muda. Penggunaan Kurva Pertumbuhan Nasional Indonesia dapat menunjukkan pengaruh pertumbuhan linier usia anak terhadap fungsi kognitifnya pada usia remaja.
"Faktor pendidikan berpengaruh terhadap fungsi kognitif usia remaja/dewasa muda yang lebih baik daripada pengaruh faktor pertumbuhan linier usia anak,” papar Annang.
Baca juga: Penelitian UGM, Khasiat Kombucha Cabe Jawa untuk Penderita Diabetes |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News