Dalam orasi ilmiahnya Pustakawan Ahli Utama, Sri Sumekar, menjelaskan penelitiannya terkait pelaksanaan pelestarian dan pengelolaan naskah kuno Nusantara. Dia menyebut pelestarian dan pengelolaan naskah kuno Nusantara belum berjalan optimal.
Dalam penelitiannya, ditemukan tiga permasalahan utama. Pertama, belum optimalnya pelaksanaan fungsi pelestarian.
"Baik di Perpusnas, dinas perpustakaan provinsi, dan lembaga penyimpan naskah kuno Nusantara," ujar Sri dikutip dari laman mediaindonesia.com, Kamis, 13 Oktober 2022.
Permasalah kedua, belum semua regulasi terkait dengan pelestarian ditindaklanjuti. Ketiga, belum optimalnya pelaksanaan kebijakan dan program pengelolaan naskah Nusantara.
Pelestarian dan pengelolaan naskah kuno nusantara merupakan amanah yang dibebankan pemerintah kepada Perpusnas. Sehingga, perlu ditindaklanjuti oleh lembaga terkait dalam melestarikan dan mengelola salah satu kekayaan bangsa tersebut.
"Implementasi kebijakan dengan tepat akan menjadi kunci dalam penguatan fungsi pembinaan pelestarian dan pengelolaan naskah kuno Nusantara, baik tingkat pusat maupun daerah," ujar Sri Sumekar.
Sementara itu, Pustakawan Ahli Utama Perpusnas, Woro Titi Haryanti, dalam orasi ilmiahnya mengatakan sumber daya manusia (SDM) aparatur menjadi aset penting dalam sebuah organisasi pemerintahan. Sebab, SDM sangat berperan dalam mewujudkan tujuan pemerintahan yang telah ditetapkan.
Dia menjelaskan Peraturan Menteri PANRB Nomor 3 Tahun 2020 tentang Manajemen Talenta Aparatur Sipil Negara mengamanatkan salah satu strategi dalam pengembangan talenta adalah melalui ASN corporate university (corpu). Woro menjelaskan ASN corpu menjadi sarana strategis untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional.
“Corpu bukanlah sebuah intensitas yang berdiri sendiri. Corpu muncul sebagai bagian dari organisasi induk dan tentunya memberikan layanan kepada organisasi induknya. Corpu merupakan intensitas pendidikan yang digunakan sebagai alat strategis yang dirancang untuk membantu organisasi induknya mencapai misinya,” papar dia.
Pustakawan Ahli Utama, IGAK Suryati, mengatakan dalam membangun masyarakat dibutuhkan strategi efektif dan mengena di hati masyarakat. Strategi 'memenangkan hati masyarakat' adalah dengan menggunakan terminologi perubahan yang berasal dari kearifan lokal.
Sehingga, masyarakat merasa lebih dekat dan punya rasa memiliki. Suryati menyebut menempatkan kearifan lokal sebagai motor transformasi perpustakaan berarti juga memberdayakan dan merangkul masyarakat dengan hal yang mereka kenal dan menjadi keseharian.
“Dalam urusan budaya untuk saat ini, menjadi salah satu tugas pustakawanlah untuk mengubah mitos menjadi etos, mentransformasi tataran mistik menjadi praktik, tentu demi solusi menuju kesejahteraan sosial ekonomi,” tutur dia.
Pustakawan Ahli Utama, I Wayan Tunjung, mengutarakan perpustakaan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan masyarakat dan berdampak signifikan bagi penggunanya. Hal tersebut mengandung arti perpustakaan dapat menjawab tantangan yang dialami masyarakat melalui penyediaan informasi terkini.
Dia mengatakan perpustakaan harus memiliki inovasi, mengingat tugasnya sebagai garda terdepan dalam mengembangkan literasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Semakin jelas inovasi yang dikembangkan, semakin jelas pula arah perpustakaan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di tengah covid-19,” tegas dia.
Sebelumnya, Kepala Perpusnas juga mengukuhkan lima Pustakawan Ahli Utama, yakni Kamaludin dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Luh Putu Haryani dari Sekretariat Daerah Bali, Supratomo dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Jawa Timur (Dispusip Jawa Timur), Hartono, dan Mariana Ginting dari Perpusnas.
Baca juga: Tertarik Membaca Namun Tak Ingin Beli Buku? Ini 5 Perpustakaan Umum di Jakarta |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News