Mendikbud, Nadiem Makarim menyebut, PJJ memang tidak bisa dilakukan terus menerus. Keputusan inipun diambilnya, salah satunya karena melihat PJJ memiliki dampak negatif.
"Bahwa efek daripada melakukan PJJ secara berkepanjangan itu bagi siswa adalah efek yang bisa sangat negatif dan permanen," kata Nadiem Webinar Penyampaian Penyesuaian Surat Keputusan Bersama (SKB) empat Menteri dan Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus, Jumat 7 Agustus 2020.
Baca juga: SKB Empat Menteri Direvisi, PAUD Tetap Belajar dari Rumah
Menurutnya ada tiga dampak buruk dari PJJ. Salah satunya ancaman siswa putus sekolah di tengah pandemi, karena sulitnya perekonomian.
"Ada berbagai macam anak yang terpaksa bekerja, akhirnya mereka putus sekolah. Kemudian akhirnya persepsi orang tua berubah tentang peran sekolah dalam proses pembelajaran yang tidak optimal. Karenanya ancaman putus sekolah adalah dampak yang real dan bisa berdampak seumur hidup bagi anak-anak kita," jelas Nadiem.
Yang kedua, PJJ membuat capaian belajar siswa menjadi menurun. Nadiem menyebut, PJJ sangat tidak optimal dalam sisi capaian belajar.
"Dan kesenjangan kualitas antara yang punya akses ke teknologi dan yang tidak itu, jadi semakin besar. Kita berisiko punya generasi dengan Learning Loss. Di mana akan ada dampak permanen dalam generasi kita, terutama bagi yang lebih muda jenjangnya," sambung dia.
Baca juga: Nadiem: Sekolah di Zona Kuning Boleh Dibuka
Kemudian PJJ kata Nadiem, juga membawa siswa dalam kondisi mental yang tidak stabil. Anak yang terlalu lama PJJ bakal diterpa rasa stress.
"Ada juga banyak riset yang menunjukkan peningkatan kekerasan pada anak dan risiko psikososial. Dengan stres di dalam rumah, tidak bisa ketemu temannya, dan-lain-lain. Jadi ada dampak psikologis, dampak masa depan anak-anak kita melakukan PJJ secara berkepanjangan ini real," pungkas Nadiem.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News