enteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim. Medcom.id/Ilham Pratama Putra
enteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim. Medcom.id/Ilham Pratama Putra

Platform Digital Pendidikan Dikembangkan Berdasarkan Kebutuhan Pengguna

Ilham Pratama Putra • 03 Oktober 2024 13:16
Bali: Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengatakan ragam platform digital di dunia pendidikan saat ini dikembangkan berdasarkan kebutuhan pengguna. Nadiem menyebut pengguna utama platform adalah guru, siswa, dan tenaga kependidikan.
 
"Konteks pembuatan kebijakan pada platform ini harus memiliki paradigma user-centric," kata Nadiem dalam sambutan pemaparannya pada Gateways Study Visit Indonesia (GSVI) di Sanur, Bali, Rabu, 2 Oktober 2024.
 
Hal itu pula yang ia lakukan dalam lima tahun terakhir. Namun, perubahan paradigma itu memiliki tantangan cukup besar.

"Ini bukan proses yang mudah karena hal pertama yang harus dilakukan adalah meminta pemerintah atau pembuat kebijakan untuk tidak memiliki pandangan paternalistik tentang apa yang dibutuhkan konstituen mereka. Ini sangat sulit karena pemerintah sering kali merasa mereka tahu segalanya tentang apa yang dibutuhkan konstituen mereka," kata Nadiem.
 
Perkembangan platform digital dinilainya telah memungkinkan sebuah kebijakan disusun berdasarkan masukan dari penggunanya soal masalah yang mereka hadapi dan kebutuhan yang diperlukan. Pada saat yang sama, masukan dari pengguna platform bisa menjadi bahan bagi pemerintah untuk mengubah atau menyesuaikan kebijakan.
 
Sebuah platform yang tidak menjawab permasalahan atau kebutuhan pengguna berpotensi ditinggalkan. Begitu juga, bila teknologi atau kebijakan penerapannya dipaksakan, pengguna bisa sangat tidak menyukai ketika menjalankan prosesnya dan berbagai masalah baru bisa timbul.
 
"Salah satu konsep paling kuno dalam pembuatan kebijakan adalah ide di mana kita mengumpulkan sejumlah ahli di dalam ruangan, menyusun dokumen kebijakan, lalu merilisnya. Tapi, kita tidak tahu apakah itu efektif, apakah berhasil atau tidak? Kita tidak tahu seberapa besar rasa sakit yang ditimbulkan bagi konstituen Anda atau seberapa besar manfaatnya," tutur dia.
 
Nadiem menyebut masukan dari pengguna menjadi penting tidak hanya untuk kualitas platform tapi juga kebijakan. Dia mengungkapkan pengalamannya menyusun kebijakan terkait platform pendidikan, seringkali terdapat hambatan yang sumbernya tidak terduga.
 
Mau tidak mau, hambatan itu perlu diatasi lebih dulu agar platform pendidikan bisa berjalan. "Jika kami tidak mengatasi semua hambatan yang mereka hadapi dalam melakukan pekerjaan mereka, itu tidak akan tercapai. Itu adalah salah satu pelajaran terbesar yang kami pelajari ketika kami meluncurkan teknologi," tutur dia.
 
Sambutan Nadiem disampaikan pada simposium internasional Gateways Study Visit Indonesia (GSVI) 2024. Indonesia menjadi tuan rumah GSVI 2024 atas penunjukkan dari UNESCO dan UNICEF.
 
Delegasi dari 20 negara dan organisasi internasional mengikuti kegiatan yang berlansung pada 1-3 Oktober 2024 ini. Simposium internasional ini dihadiri negara-negara, seperti Finlandia, India, Inggris, Prancis, Tiongkok, dan Uni Emirat Arab.
 
Tujuan utama acara ini adalah berbagi pengetahuan antar negara soal transformasi digital dalam dunia pendidikan. Sehingga didapatkan kualitas pendidikan yang merata di setiap negara untuk pendidikan digital di era digital.
 
Baca juga: Nadiem: Sistem Pendidikan Indonesia Berubah Secara Radikal

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan