Presiden ke-2 RI, HM Soeharto. Foto: MTVN
Presiden ke-2 RI, HM Soeharto. Foto: MTVN

Sejarawan UGM Tanggapi Pengusulan Kembali Soeharto Jadi Pahlawan Nasional

Citra Larasati • 18 April 2025 23:07
Jakarta:  Nama Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto kembali diusulkan menjadi pahlawan nasional. Usulan tersebut diajukan Kementerian Sosial Republik Indonesia (Kemensos) bersama Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP), pakar, serta budayawan.
 
Sejumlah pihak tersebut mengusulkan 10 nama tokoh yang akan menjadi ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Di antara 10 nama tersebut, terdapat Jenderal Besar TNI (Purn.) H.M. Soeharto.
 
Usulan ini menimbulkan kontroversi, salah satunya karena di era kepemimpinan Soeharto terdapat sejumlah kebijakan dan peristiwa kelam yang terjadi.

Usulan ulang ini pun menarik perhatian Sejarawan Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Agus Suwignyo, M.A.. Menurut Agus, Soeharto memang memenuhi kriteria dan persyaratan untuk dijadikan sebagai pahlawan nasional.
 
Meski begitu, masyarakat tidak dapat mengabaikan soal fakta sejarah dan kontroversi presiden Soeharto di era 1965. “Kalau melihat kriteria dan persyaratan sebagai pahlawan nasional, nama Soeharto memang memenuhi kriteria tersebut. Namun tidak bisa juga mengabaikan fakta sejarah dan kontroversinya di tahun 1965,” kata Agus dikutip dari laman UGM, Jumat, 18 April 2025.
 
Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional, kata Agus Suwignyo, seseorang yang diajukan untuk mendapat gelar tersebut harus memenuhi sejumlah persyaratan umum dan khusus. Beberapa di antaranya adalah berkontribusi secara nyata sebagai pemimpin atau pejuang, serta tidak pernah mengkhianati bangsa.

Sejumlah Jasa Soeharto

Soeharto, kata Agus, memang memiliki peran besar sat memperjuangkan kemerdekaan. Salah satunya saat berkarier militer, Soeharto pernah bergabung dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 yang berhasil merebut Kota Yogyakarta dari cengkraman kolonial.
 
Kemudian pada tahun 1962, Soeharto naik menjadi Panglima Komando Mandala dalam operasi pembebasan Irian Barat. Peran penting Soeharto di berbagai pergerakan militer membuktikan pengaruh kuat dalam kemerdekaan.
 

“Cara pandang sejarah terhadap Soeharto ini tidak bisa hitam putih. Sebagai pahlawan nasional, tidak bisa mengabaikan fakta sejarah. Tapi tidak bisa juga mengabaikan kontribusinya dalam kemerdekaan,” papar Agus.
 
Dari sisi kontribusi pada kemerdekaan, diakui Agus, memang tidak ada masalah. Namun penetapan Soeharto sebagai pahlawan nasional akan memunculkan sudut pandang kritis, bagaimana seseorang yang pernah menjadi pemimpin dalam kejahatan HAM dan represi kebebasan pers diberi gelar pahlawan.
 
Oleh karena itu, Agus menyarankan perlu adanya pengkhususan dan kategorisasi jika memang terpaksa harus memberikan gelar pahlawan nasional pada Soeharto. “Penulisan sejarah itu harus memperhatikan konteks, ya. Jadi semisal ada kategori pahlawan nasional dalam bidang tertentu, sehingga bisa diberikan gelar namun dalam konteks dan catatan,” jelasnya.
 
Bukan tidak mungkin seorang tokoh pergerakan juga memiliki catatan kelam semasa hidupnya yang berdampak hingga saat ini. Jika penetapan gelar diberikan konteks dalam bidang atau periode tertentu, pengakuan terhadap kontribusi dapat dilakukan tanpa mengabaikan fakta sejarah lainnya.
 
Bagi Agus, penulisan dan pengakuan sejarah perlu memperhatikan sudut pandang dan konteks. Hal ini yang akan mempengaruhi penilaian publik di masa kini dan masa depan terhadap sejarah nasional.
Baca juga: Pimpinan DPR Sebut Soeharto Layak Diberi Gelar Pahlawan Nasional

Agus juga menegaskan, kasus seperti ini tidak hanya terjadi pada Soeharto. Ia menyebut Syafruddin Prawiranegara contohnya, salah satu tokoh yang dianggap ekstrem ketika menentang sentralisasi kekuasaan di awal kemerdekaan.
 
Perannya dalam Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) tahun 1958 membuatnya dicap sebagai pengkhianat. Padahal Syafruddin merupakan tokoh penting ketika pemerintah darurat dibentuk.
 
“Selain itu, kita belum (memberikan pengakuan) pada berbagai tokoh-tokoh di bidang seni, teknologi, dan pengetahuan. Saya kira perlu ada kajian mengenai pahlawan nasional di luar latar belakang militer,” ujar Agus.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan