Dosen Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad), Ismawan. DOK Unpad
Dosen Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad), Ismawan. DOK Unpad

Gempa Sumedang Menandakan Banyak Sesar Belum Dipetakan, Mitigasi Harus Intens

Renatha Swasty • 02 Januari 2024 15:23
Jakarta: Gempa bumi di Sumedang, Jawa Barat, pada Minggu, 31 Desember 2023 dan Senin, 1 Januari 2024 menandakan wilayah Jawa Barat menyimpan potensi sesar yang belum terpetakan. Hal ini menjadi tugas peneliti maupun ahli geologi untuk melakukan pemetaan.
 
Dosen Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad), Ismawan, menjelaskan sesar di Jawa Barat diakibatkan proses tumbukan lempeng tektonik Indo-Australia di selatan Jawa yang berlangsung setiap saat. Dampak dari tumbukan tersebut kemudian menyebar dan dikonversi menjadi energi kinetik.
 
“Begitu ada bidang-bidang ‘lemah’, di situlah dia akan bergerak. Mungkin awalnya tidak bergerak karena masih bisa ditahan (oleh lempeng yang ada), begitu ada energi, jebol, di situlah terjadi gempa,” papar Ismawan melalui siaran pers, Selasa, 2 Janauri 2024.

Dia menuturkan Jawa Barat setidaknya memiliki sejumlah sesar aktif dan sesar kecil yang sudah dipetakan. Di luar itu, ada banyak potensi sesar yang belum terpetakan tetapi memiliki dampak signifikan.
 
Contohnya, gempa bumi di Cugenang, Cianjur pada 2022 akibat aktivitas sesar yang belum terpetakan. Ismawan meyakini gempa bumi di Sumedang bukan karena aktivitas sesar Cileunyi-Tanjungsari.
 
Hal ini lantaran tiga lokasi episentrum gempa bumi di Sumedang berada jauh dari ujung timur laut sesar Cileunyi-Tanjungsari. Ismawan menganalisis melihat dari focal mechanism gempa bumi yang terjadi, diperkirakan arah sesar yang terlihat relatif dari barat ke timur.
 
“Sehingga kalau dibandingkan dengan sesar Cileunyi-Tanjungsari itu arahnya berbeda,” jelas dia.
 
Isnawam menduga penyebab gempa bumi di Sumedang akibat aktivitas sesar yang belum diketahui. Selain itu, melihat lokasi episentrum gempa bumi yang berada di wilayah pusat kota Sumedang, Ismawan mengatakan lokasi ini sebelumnya belum pernah terjadi gempa bumi.
 
“Ini harus dilakukan penelitian lebih jauh. Pemda dan ahli geologi harus menjelaskan ini sesar apa. Kalau sesar baru dia arahnya dari mana sampai di mana,” ujar dia.
 
Ismawan menjelaskan dari hasil observasi, Sumedang terdiri dari batuan rombakan gunung api yang belum terkonsolidasi lepas. Jenis batuan ini akan mengamplifikasi getaran apabila terjadi gempa bumi.
 
Hal ini yang menyebabkan dampak kerusakan akibat gempa bumi di Sumedang. Salah satunya, retaknya dinding terowongan tol Cisumdawu meskipun lokasinya berada jauh dari episentrum gempa.
 
“Berbeda dengan di daerah batuannya yang sudah keras, jadi sedikit lebih aman. Itu yang harus diwaspadai,” ujar dia.
 
Ismawan menekankan mitigasi kebencanaan khususnya mengenai gempa bumi perlu terus digiatkan kepada masyarakat. Berkaca dari peristiwa gempa bumi Sumedang dengan lokasi episentrum gempa di wilayah yang sebelumnya tidak pernah terjadi gempa bumi, edukasi kebencanaan tetap harus dilakukan.
 
“Bisa saja masyarakat tahu tentang mitigasi tapi tidak terlalu care, harus dilakukan mitigasi yang intens,” tutur dia.
 
Baca juga: BNPB: Gempa Sumedang Dipicu Sesar yang Belum Terpetakan

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan