Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika, Pusat Riset Antariksa, BRIN, Thomas Djamaluddin. Foto: BRIN
Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika, Pusat Riset Antariksa, BRIN, Thomas Djamaluddin. Foto: BRIN

Peneliti BRIN Jelaskan Soal Penentuan Awal Ramadan dan Idulfitri

Ilham Pratama Putra • 08 Maret 2023 19:20
Jakarta:  Perdebatan terkait penentuan awal Ramadan masih kerap muncul di tengah masyarakat di Tanah Air.  Perbedaan muncul biasanya bukan karena adanya metode hisab (perhitungan) dan rukyat (pengamatan), namun karena adanya perbedaan kriteria.
 
Kriteria Wujudul Hilal digunakan Muhammadiyah sedangkan kriteria Imkan Rukyat (visibilitas hilal) digunakan oleh NU dan beberapa ormas lain.  Penentuan awal bulan memerlukan kriteria agar bisa disepakati bersama.
 
"Rukyat memerlukan verifikasi kriteria untuk menghindari kemungkinan rukyat keliru. Hisab tidak bisa menentukan masuknya awal bulan tanpa adanya kriteria. Sehingga kriteria menjadi dasar pembuatan kalender berbasis hisab yang dapat digunakan dalam prakiraan rukyat," ungkap Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika, Pusat Riset Antariksa, BRIN, Thomas Djamaluddin dilansir dari laman BRIN, Rabu, 8 Maret 2023.
 
Lebih lanjut Thomas menambahkan kriteria hilal yang diadopsi adalah kriteria berdasarkan pada dalil hukum agama tentang awal bulan dan hasil kajian astronomis yang sahih. Kriteria juga harus mengupayakan titik temu pengamal rukyat dan pengamal hisab, untuk menjadi kesepakatan bersama. Termasuk Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).

Peneliti BRIN Jelaskan Soal Penentuan Awal Ramadan dan Idulfitri
Paparan BRIN. Foto: BRIN 

Potensi Kesamaan

Thomas menyebut ada potensi kesamaan awal Ramadhan. "Apabila saat maghrib 22 Maret 2023 di Indonesia posisi bulan sudah memenuhi kriteria baru MABIMS, dengan tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat [3-6,4] (wilayah arsir hijau pada gambar atas) dan sudah memenuhi kriteria Wujudul Hilal [WH] (antara arsir putih pada gambar bawah). Jadi seragam versi [3-6,4] dan [WH] bahwa 1 Ramadhan 1444 pada 23 Maret 2023," ucap Thomas.
 
Peneliti BRIN Jelaskan Soal Penentuan Awal Ramadan dan Idulfitri
Paparan BRIN. Foto BRIN
 
Di sisi lain, Thomas menyebut adanya potensi perbedaan terkait Idulfitri 1444. Hal ini disebabkan karena pada saat maghrib 20 April 2023, ada potensi di Indonesia posisi bulan belum memenuhi kriteria baru MABIMS, yaitu tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat [3-6,4] (wilayah arsir hijau pada gambar atas).
 
Namun sudah memenuhi kriteria wujudul hilal [WH] yang ditunjukkan pada antara arsir putih dan arsip merah pada gambar bawah. Jadi ada potensi perbedaan: Versi [3-6,4] 1 Syawal 1444 pada 22 April 2023, tetapi versi [WH] 1 Syawal 1444 pada 21 April 2023.
 
Sebab utama terjadinya perbedaan penentuan awal Ramadan, Idulfitri, dan Idul Adha yang terus berulang, karena belum disepakatinya kriteria awal bulan hijriyah. Prasyarat utama untuk terwujudnya unifikasi kalender hijriyah, harus ada otoritas tunggal.
 
Otoritas tunggal akan menentukan kriteria dan batas tanggalnya yang dapat diikuti bersama. Sedangkan kondisi saat ini, otoritas tunggal mungkin bisa diwujudkan dulu di tingkat nasional atau regional.
 
Penentuan ini mengacu pada batas wilayah sebagai satu wilayah hukum (wilayatul hukmi) sesuai batas kedaulatan negara. "Kriteria diupayakan untuk disepakati Bersama," pungkas Thomas. 
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Baca juga:  Niat Sholat Witir Lengkap dengan Tata Caranya

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan