Kampus Fakultas Ilmu Ekonomi Unair. Foto: UNAIR
Kampus Fakultas Ilmu Ekonomi Unair. Foto: UNAIR

5 Kali Ganti Nama, Ekonomi Pembangunan Unair Berubah Jadi Prodi Ilmu Ekonomi

Citra Larasati • 30 April 2025 11:57
Jakarta:  Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR) mengganti nama untuk yang kelima kalinya menjadi prodi S1 Ilmu Ekonomi. Perubahan itu sekaligus menegaskan arah pengembangan kurikulum dan identitas keilmuan agar lebih relevan dengan zaman.
 
Koordinator program studi S1 Ilmu Ekonomi, Rumayya mengatakan, nama perubahan tersebut dilakukan setelah melewati perjalanan panjang yang telah dilalui prodi selama beberapa dekade. “Kalau ditelusuri, prodi ini sudah beberapa kali berganti nama. Mulai dari Studi Pembangunan (SP), kemudian Ekonomi Studi Pembangunan (ESP), Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP), hingga Ekonomi Pembangunan. Dan kini barulah menjadi Ilmu Ekonomi,” kata Rumayya dikutip dari laman Unair, Rabu, 30 April 2025.
 
Lebih lanjut, Rumayya mengatakan, penggunaan istilah “ekonomi pembangunan” kerap menimbulkan kerancuan. Hal itu sebab sering kali bercampur dengan kajian development studies yang kini lebih banyak menjadi ranah ilmu sosial-politik. 

“Sebetulnya, ekonomi pembangunan hanyalah cabang dari ilmu ekonomi. Sedangkan yang kita pelajari di prodi ini lebih luas, termasuk ekonomi moneter, internasional, hingga publik. Maka nama ilmu ekonomi lebih tepat menggambarkan identitas akademik kita,” sebutnya.
 
Rumayya menerangkan pula, perubahan nama itu juga diikuti tren nasional yang telah dilakukan oleh berbagai perguruan tinggi besar di Indonesia, seperti UI dan UGM. “Di Indonesia itu unik, memang ini hanya terjadi di Indonesia saja karena di luar negeri itu hanya ekonomi, bukan development economics,” ujarnya. 

Penyesuaian Kurikulum 

Rumayya mengatakan, transformasi nama prodi sekaligus menjadi momentum untuk merancang ulang kurikulum yang lebih adaptif terhadap kebutuhan pasar. “Kami tengah mendesain kurikulum dengan dua jalur utama profil lulusan, yaitu ekonom akademisi pemula dan ekonom wirausaha profesional. Untuk wirausaha profesional, tugas akhirnya bukan skripsi akademik, melainkan laporan kebijakan berbasis permasalahan dari mitra eksternal,” ujar Rumayya. 
 
Model tersebut, kata Rumayya, lebih aplikatif dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Menariknya, laporan kebijakan itu justru akan dinilai langsung oleh mitra tempat mahasiswa melakukan riset, dengan porsi penilaian 80 persen dari mitra dan 20 persen dari dosen. 
 
“Ini akan menjadikan lulusan kita lebih siap menghadapi tantangan di luar kampus dan mampu memecahkan masalah klien dengan pendekatan ekonomi yang sudah mereka pelajari. Jadi orientasinya adalah problem solving daripada kontribusi akademik. Harapan kami bisa jadi jalan buat kawan-kawan agar mempercepat proses tugas akhir,” imbuh Rumayya.
 
Baca juga:  Kuliah di Prodi Akuakultur Unair, Ini Prospek Kariernya

Dalam hal sosialisasi, prodi telah menyebarkan informasi melalui berbagai kanal, termasuk grup mahasiswa dan alumni. Adapun usai perubahan ini diyakini akan lebih memperkuat kolaborasi internasional karena istilah “ilmu ekonomi” lebih dikenal luas dan sepadan dengan program economics di luar negeri.
 
Rumayya berharap dengan perubahan ini, lulusan Ilmu Ekonomi UNAIR dapat tampil sebagai pemecah masalah di berbagai sektor. “Ilmu ekonomi adalah ilmu alat, bukan semata bicara soal uang atau perbankan. Dengan cara berpikir sistemik, kita bisa merumuskan kebijakan yang bisa menyelesaikan masalah di level sistem atau makro,” tutupnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan