Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbudristek, Iwan Syahril. Foto: YouTube
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbudristek, Iwan Syahril. Foto: YouTube

1,1 Juta Guru Ikut Program Guru Belajar dan Berbagi

Ilham Pratama Putra • 22 Desember 2021 16:56
Jakarta:  Kemendikbudristek meluncurkan program Guru Belajar dan Berbagi sebagai wadah bagi para guru untuk membagikan berbagai praktik baik pembelajaran. Dalam program tersebut, pihak Kemendikbudristek turut memberikan pelatihan dan seminar bagi para guru untuk menunjang aktivitas mengajar mereka.
 
Terdapat berbagai seri dari program tersebut. Terbaru, adanya seri guru belajar dan berbagi Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) teknis perkembangan otak anak dan Diklat teknis percepatan penurunan stunting.
 
Dirjen Guru Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Iwan Syahril menyatakan minat guru dalam mengikuti program tersebut sangat tinggi. Hingga saat ini sudah ada satu juta lebih guru yang terlibat dalam guru belajar dan berbagi.

"Lebih dari 1,1 juta guru tergabung, bahkan 40 persen guru di antaranya guru dari daerah Tertinggal, Terluar dan Terdepan (3T)," kata Iwan dalam Peluncuran Program Guru Belajar Dan Berbagi Seri PAUD, Rabu 22 Desember 2021.
 
Iwan mengatakan, banyaknya guru yang terlibat itu adalah bukti jika guru masih ingin memberikan yang terbaik bagi peserta didik. Guru menunjukkan semangat dan kemauan besarnya untuk terus belajar dan mengajar di tengah pandemi.
 
"Karena guru kita tahu salah satu kunci kesuksesan anak itu ada di tangan guru berkualitas," lanjut Iwan.
 
Baca juga:  Guru PAUD Diminta Ikut Kawal Momentum Perkembangan Anak 0-5 Tahun
 
Terkait seri baru yang diluncurkan, Iwan ingin para guru paham mengenai perkembangan otak anak dan cara mengatasi stunting pada anak. Guru akan diarahkan untuk membentuk fondasi kecerdasan anak di usia nol sampai lima tahun.
 
"Di sini kita akan mulai bagaimana membangun pondasi masa depan anak, membentuk modal untuk mencapai tingkat kecerdasan anak, kecerdasan otak yang maksimal dalam koordinasi, ekspresi gerakan, keputusan, sosial dan emosional," tutur Iwan.
 
Kemudian guru, kata dia,  juga harus paham seperti apa pembentukan gizi yang tepat bagi anak. Hal itu guna memaksimalkan perkembangan anak.
 
"Jadi tidak ada lagi kita dengan perkembangan otak anak terhambat itu karena kekurangan gizi. Kekurangan gizi dan terhambatnya pertumbuhan anak adalah sesuatu yang harus kita hindari lewat pelatihan ini," tutup Iwan.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan