Bambang Brodjonegoro, Guru Besar Universitas Indonesia mengatakan, ketika berbicara visi Indonesia 2045 atau Indonesia Emas 2045 akan banyak pertanyaan apakah negara sudah berhasil memenuhi sebagian besar harapan masyarakat. ?Kemudian, kata Bambang, ketika membicarakan bagaimana transformasi kebijakan publik yang menjadikan indonesia naik kelas ke negara maju berpendapatan tinggi, mau tidak mau akan melibatkan generasi muda.
"Mereka diharapkan menjadi pilar transformasi agar negara kita bisa keluar dari jebakan kelas menengah," terang Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Republik Indonesia Periode 2019-2021 ini, dalam pembukaan acara Policy Fest, dikutip dari siaran pers, Selasa, 11 Januari 2022.
Deputi Bidang Pemantauan, Evaluasi, dan Pengendalian Pembangunan Kementerian PPN/Bappenas, Taufik Hanafi mengatakan, dalam Indeks Pembangunan Pemuda dari Bappenas dan kementerian lainnya ada perkembangan dua indikator yang perlu menjadi perhatian generasi muda. Yakni indikator partisipasi pemuda, dan kepemimpinan pemuda yang relatif lambat dibanding indikator lainnya.
Indikator ini melihat bagaimana pemuda jadi pemimpin, terutama dalam mengusulkan solusi alternatif dalam tahapan dan tingkatan pembangunan. Untuk itu pertemuan ini menjadi sangat penting dan sangat strategis.
Melihat peran pemuda dalam kebijakan publik yang menjadi keniscayaan dan prasyarat penting untuk keberhasilan pembangunan nasional. Besar harapan ini menjadi pemantik generasi muda dengan terus meningkatkan keterampilan dan partisipasi khususnya Think Policy yang memberi perhatian khusus terhadap perumusan kebijakan berbasis bukti dan empati.
Baca juga: 3 Kunci Sukses Berbisnis Kopi agar Bertahan di Pasar
Andhyta F. Utami, pegiat isu kebijakan publik sekaligus CEO dan Co-Founder Think Policy mengutip pernyataan fenomenal Bung Karno, untuk "berikan aku 10 pemuda maka akan kuguncang dunia". Maka, kata Andhyta, tidak cukup hanya 10 pemuda saja, tetapi pemudanya juga harus berdaya dan berhimpun.
"Kami di Think Policy percaya orang muda berdaya dan berhimpun tidak hanya ingin mengguncang dunia, tetapi mampu selesaikan berbagai masalah sosial di sekitar kita," tegasnya.
Think Policy sendiri yang dibentuk pada 2019 oleh sekelompok orang muda yang memiliki passion di kebijakan publik sebagai ruang belajar, bersuara, dan kolaborasi lintassektor, untuk mendorong kebijakan publik berbasis bukti dan empati.
Andhyta menambahkan, tantangan pemuda abad 21 ini adalah tantangan baru yang belum dihadapi generasi sebelumnya, seperti isu lingkungan, tenaga kerja, keamanan digital, dan lain sebagainya. Inilah pentingnya kehadiran wadah-wadah yang bisa membantu generasi muda agar memiliki perspektif kebijakan publik dengan cita-cita negara kita menjadi negara maju, berdaulat, adil dan makmur.
Dalam acara tersebut, hadir ribuan pegiat kebijakan publik seperti pembuat kebijakan dan profesional muda dari sektor publik (ASN), swasta, bahkan politisi lintaspartai. Seluruhnya berkumpul belajar bersama-sama mengenai urgensi kebijakan publik dalam kehidupan sehari-hari di tengah tuntutan Indonesia menuju negara maju pada 100 tahun Indonesia merdeka.
Tercatat lebih dari 1.300 peserta yang tersebar dari 30 provinsi bahkan menjangkau diaspora di 10 negara lain berpartisipasi dalam acara Policy Fest selama dua hari penuh. Sebelumnya per Agustus 2021, tercatat Think Policy telah membangun komunitas yang terdiri atas lebih dari 500 profesional muda reformis yang menjalin kolaborasi sebagai alumni di lima pulau besar se-Indonesia.
Selain itu juga hampir 30 ribu komunitas daring yang dapat mengakses konten edukasi kebijakan publik secara online. "Fakta ini turut menunjukkan minat orang muda yang mulai tinggi terhadap kebijakan publik," tutup Andhyta .
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News