Pakar Kebumian dan Kebencanaan Universitas Brawijaya (UB). Foto: Istimewa
Pakar Kebumian dan Kebencanaan Universitas Brawijaya (UB). Foto: Istimewa

Pakar UB: Bumi Beristirahat Selama Pandemi Covid-19

Daviq Umar Al Faruq • 22 April 2020 15:59
Malang:  Pakar Kebumian dan Kebencanaan Universitas Brawijaya (UB), Adi Susilo menyebutkan, anjuran dari pemerintah agar masyarakat berkegiatan di rumah selama masa pandemi virus korona atau covid-19 otomatis membuat bumi beristirahat sejenak.
 
Ketika aktivitas manusia di luar berkurang, membuat penggunaan kendaraan berat, seperti pesawat terbang, kendaraan darat yang bertonase besar atau kecil juga ikut berkurang. Hal ini berpengaruh terhadap frekuensi adanya gelombang seismik, akibat kendaraan yang menjadi salah satu penyebab bencana longsor.
 
"Berkurangnya aktivitas manusia seperti penggunaan kendaraan berat dan pesawat terbang akan berpengaruh terhadap frekuensi timbulnya gelombang seismik. Gelombang seismik ini adalah gelombang yang merambat pada bagian dalam bumi, dan juga permukaan bumi," kata Adi, Rabu, 22 April 2020.

Adi menambahkan, gelombang seismik dalam frekuensi tertentu memicu terjadinya longsor.  Seperti yang pernah terjadi di provinsi Jawa Barat beberapa waktu lalu.  Gelombang ini diakibatkan dari getaran kendaraan yang lewat.
 
Baca juga:  LIPI Beberkan Kendala Pengelolaan Limbah Medis Covid-19
 
Oleh karena itu, berkurangnya aktivitas manusia di luar menjadi momentum bagi bumi untuk berisitirahat. Sekaligus mengurangi proses yang ada di kulit bumi, dan berpengaruh terhadap infrastruktur bangunan.
 
"Jika frekuensi getaran sama dengan dengan frekuensi bangunan, maka akan menimbulkan   resonansi bangunan sehingga bisa menyebabkan kerusakan, seperti retak. Getaran ini dihasilkan oleh kendaraan-kendaraan yang lewat," bebernya.
 
Berkurangnya aktivitas manusia, juga akan mengurangi gangguaan pada infrastruktur buatan manusia. Contohnya seperti jembatan dan bangunan. 
 
"Apalagi daerah-daerah pesisir utara sangat kuat sekali dilewati getaran-getaran seismik. Daerah di pesisir utara seperti Surabaya berasal dari endapan nonvulkanik, seperti lempung dan lumpur. Sebuah getaran ketika melewati lempung bisa kuat tapi kalau lewat pasir bisa diredam. Semakin kuat getarannya maka pengaruh terhadap kerusakan bangunan juga akan semakin besar," jelasnya.
 
Di sisi lain, Adi pun mengutarakan kekhawatirannya ketika masa pandemi ini berakhir. Sebab, diprediksi kondisi bumi bisa semakin bertambah buruk.
 
"Sekarang bumi relatif istirahat dari dilewatinya getaran seismik dan bencana alam yang lain juga berkurang. Itu hikmahnya. Saya justru khawatir setelah Ramadan dan pandemi berakhir, mobilitas serta kebutuhan banyak maka kondisi alam akan menjadi lebih buruk lagi," pungkasnya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan