Mendikbud periode 1993-1998, Prof Wardiman Djojonegoro (tengah) dan Kanti W Janis (kanan) saat membahas buku Jilid II Kartini. Foto: Dok Pribadi.
Mendikbud periode 1993-1998, Prof Wardiman Djojonegoro (tengah) dan Kanti W Janis (kanan) saat membahas buku Jilid II Kartini. Foto: Dok Pribadi.

Sudut Pandang Baru Kartini di Mata Wardiman Djojonegoro

Wandi Yusuf • 20 Desember 2024 08:42
Jakarta: Membicarakan sosok pahlawan emansipasi perempuan Raden Ajeng (RA) Kartini seolah tak pernah habis. Kali ini, sudut pandang soal sosok Kartini datang dari seorang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 1993-1998, Prof Wardiman Djojonegoro.
 
Wardiman punya perspektif baru soal Kartini. Bukan saja dikenal secara nasional, Wardiman melihat Kartini sebagai sosok perempuan yang mengglobal.
 
"Kartini bukan saja dikenal sebagai tokoh emansipasi perempuan dari Indonesia, tapi juga simbol emansipasi perempuan global. Pemikiran yang tertuang dalam surat-suratnya dan kiprahnya dalam memberdayakan kaum perempuan Jawa (Indonesia) itulah yang membuatnya dikenal di dunia internasional," kata Wardiman melalui keterangan tertulis yang diterima, Jumat, 20 Desember 2024.

Wardiman mengemukakan hal itu saat membedah buku yang dia tulis, yakni Kartini Hidupnya, Renungannya, dan Cita-citanya. Buku itu merupakan buku jilid II dari Trilogi Kartini yang dia tulis.
 
Jilid I Kartini berjudul Kumpulan Surat-surat 1899-1904 yang terdiri atas 926 halaman. Buku ini berisi 179 surat Kartini dan 11 artikel memo yang diterjemahkan dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia.
 
Sedangkan Jilid III berjudul Inspirasi Kartini dan Kesetaraan Gender Indonesia. Buku jilid ini berisi catatan Wardiman terkait Kartini dan upaya kesetaraan gender di Indonesia. Buku Trilogi Kartini diluncurkan pada September 2024 lalu.
 
Bedah buku Jilid II ini dilakukan di Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, pada Kamis, 19 Desember 2024. Tampil sebagai pembahas, yakni novelis yang juga pendiri Perpustakaan dan Ruang Temu, Baca Di Tebet, Kanti W Janis.
 

Tokoh dunia memuji Kartini

Dalam bukunya, Wardiman memberi penegasan bagaimana Kartini menjadi tokoh emansipasi global. Dia mengutip pernyataan Eleanor Roosevelt, istri Presiden Amerika Serikat (AS) Franklin Delano Roosevelt (30 Januari 1882 – 12 April 1945). Bahwa Kartini adalah salah satu tokoh emansipasi wanita dunia.
 
Wardiman mengatakan Eleanor Roosevelt memberi pengantar buku edisi terjemahan buku tentang Kartini dalam Bahasa Inggris “Letters of a Provincial Princess” yang disunting oleh Hildre Geertz dan terbit pada 1964. Buku itu aslinya diterjemahkan Agnes L Symmers tahun 1922 dari berbahasa Belanda yang disusun oleh berjudul “Door Duisternis Tot Licht” yang disusun dan diterbitkan oleh JH Abendanon tahun 1911.
 
Pada 1979, saat memperingati 100 tahun wafatnya Kartini, Eleanor Roosevelt memberi sambutan yang berisi pujian terhadap surat-surat Kartini berikut ini. "Saya senang sekali memperoleh pandangan-pandangan yang tajam yang diberikan oleh surat-surat ini," kata Wardiman.
 

Patut dibaca

Pembahas buku jilid II Kartini, Kanti W Janis, mengatakan buku karya Wardiman ini sangat lengkap dan bisa menjadi referensi bagi semua kalangan, bukan hanya kaum perempuan. 
 
"Karena itu buku ini patut dibaca untuk dimengerti dan diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Bagaimana masyarakat diajarkan rajin membaca, mempunyai keterampilan, dan tidak boleh tertinggal oleh kemajuan zaman, lebih khusus lagi bagi kaum perempuan," kata Kanti.
 
Kanti menyarankan masyarakat untuk lebih luas melihat sosok dan pemikiran Kartini. Berbagai dimensi harus dilihat agar pemahaman tentang sosok dan pemikiran Kartini menjadi lebih utuh dan lebih fair dalam menilainya.
 
Baca: Tulisan Kartini Ratusan Tahun Lalu Masih Memberikan Perspektif Kekinian

Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kemendikbud, Ganjar Harimansyah mengatakan acara bedah buku jilid II Kartini ini sesungguhnya sebagai ajang merayakan tokoh hebat, baik tokoh yang ditulis yakni RA Kartni maupun sosok yang menuliskannya, yakni Prof Wardiman.
 
"Prof Wardiman sangat luar biasa karena di usia 90 tahun masih semangat menulis dan karya yang ditulis sangat luar biar biasa. Beliau tokoh teknokrat yang bukan saja tertarik, tapi mengimplementasikan ketertarikannya untuk riset dan menulis bidang sejarah dan humaniora," kata Ganjar. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan