"Untuk urusan teknologi digital ini kita harus belajar banyak dari Tiongkok," kata Yaya dalam siaran Youtube Kemendikbud, Selasa, 16 Maret 2021.
Saat ini pemanfaatan teknologi digital Indonesia untuk tumbuhnya ekonomi dinilai masih sangat rendah. Teknologi digital Indonesia baru menyumbang sebanyak tiga persen dari Gross Domestic Product (GDP).
"Dan kita ini baru ada enam unicorn, ada Traveloka, Gojek, Tokped," jelas dia.
Sementara di Tiongkok telah ada 162 unicorn dan pada 2025 mendatang diperkirakan pendapatan Tiongkok dari pengembangan teknologi digital mencapai USD4,2 triliun.
"Beruntung, saat ini juga Tokped dan Gojek kolaborasi jadi kekuatan yang diproyeksikan pada 2025 akan meningkatkan pemasukan USD4,6 trilun," jelasnya.
Yaya berharap Indonesia benar-benar bisa memanfaatkan teknologi digital untuk pertumbuhan ekonomi. Agar Indonesia tidak ketinggalan, setidaknya dengan negara tetangga lainnya.
"Begitu juga di bidang militer dan nuklir. Kita juga harus belajar dari mereka (Tiongkok)," sambung Yaya.
Baca juga: Pakar: Pembelajaran Tatap Muka Perlu Segera Dilakukan
Pasalnya, pemanfaatan tenaga nuklir juga akan membantu perekonomian Indonesia. Untuk kegiatan produksi industri, Indonesia akan lebih hemat jika memanfaatkan tenaga nuklir.
"Nuklir juga sangat luar biasa di Tiongkok, karena mereka bisa menyaingi Amerika pada saat ini. Kenapa tenaga nuklir, karena efisiensinya menekan biaya ekonomi, kalau produksi bisa murah meriah," tutup dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id