Padahal, pendidikan yang lebih tinggi merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan produktivitas masyarakat yang tentunya akan berdampak pada kondisi ekonomi negara. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan.
Tak bisa dimungkiri, pendidikan di Indonesia terus menghadapi berbagai tantangan fundamental, seperti paradoks globalisasi, kesenjangan ekonomi, kualitas yang kontradiktif, dan divergensi kesempatan yang tidak terbuka luas.
Gita Wirjawan, Menteri Perdagangan Republik Indonesia 2011-2014 yang hadir dalam Talkshow-1 Cakap Blitz mengatakan, tak hanya menekankan peran teknologi sebagai pendukung dalam pendidikan, namun juga pentingnya berkomunikasi secara global untuk menghadapi tantangan masa kini. "Kita harus lebih berinvestasi di apapun yang sifatnya itu scientific atau STEM (science technology engineering mathematics). Tentunya juga dibekali kapasitas berkomunikasi, karena kalau kita tidak bisa berkomunikasi, kita hanya tahu sains saja kita tanpa bisa bernegosiasi," ujar Gita dalam siaran persnya, Jumat, 12 Juli 2024.
Sayangnya, mengenyam pendidikan yang berkualitas dan terjangkau bukanlah hal yang dapat dinikmati seluruh masyarakat Indonesia. Seringkali, faktor ekonomi maupun geografis menjadi hambatan dalam mendapatkan ilmu yang berkualitas namun tetap ramah kantong. Hal ini tentunya merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dan mendapatkan solusi.
Menanggapi hal tersebut, CEO and Co-Founder Cakap, Tomy Yunus menggarisbawahi pentingnya peran edtech dalam mengatasi kesenjangan pendidikan di Indonesia. "Karena memang tantangan yang kita hadapi di landscape Indonesia ini sangat unik ya, kita punya berbagai suku bangsa dan etnis. Jadi, sangat berbeda antara east part of Indonesia dan west part of Indonesia itu cara masuknya aja beda. Jadi, memang harus hyper local dan menurut saya cara masuk ke relevansinya. Kalau mau masuk ke satu market pasti harus affordable dan accessible," kata Tomy.
Ia pun menyatakan, selain memberikan edukasi, sang pelajar pun harus diberikan bayangan akan apa yang dapat mereka capai setelah mendapatkan ilmu tersebut. “Karena ini kan menyangkut investasi juga ke diri sendiri jadi harus ada clear return invest nya apa. Dalam hal ini, the biggest motivation untuk student itu kan harus ada peningkatan taraf hidup, peningkatan potensi atau income,” jelas Tomy.
Memanifestasikan hal ini tentunya tidak dapat dilakukan seorang diri. Investasi juga memainkan peran yang sangat penting dalam pembangunan ekosistem pendidikan yang berkelanjutan. Investasi yang tepat dapat mempercepat adopsi teknologi dan memperluas akses ke pendidikan berkualitas.
Di sisi lain, investasi yang berkelanjutan juga memastikan bahwa program dan inisiatif pendidikan dapat terus berkembang dan memberikan dampak jangka panjang agar berbagai ilmu yang diberikan kepada masyarakat tidak tiba-tiba terhenti di tengah jalan.
Chief Investment Officer Mandiri Capital Indonesia, Dennis Pratistha menyampaikan pandangannya, dampak dari pendidikan yang didukung oleh teknologi ditentukan oleh dua hal, yaitu kualitas dan kuantitas. “Quality definitely needs to be there but of course quantity needs to follow. kalau kualitas saja itu idealism, of course that doesn't really always translate to success. You need to combine both idealism and pragmatism in short," kata Dennis.
Baca juga: Forum Guru Besar ITB: Profesor Adalah Jabatan Fungsional Akademik, Bukan Gelar |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News