Ilustrasi makanan. DOK Ilus
Ilustrasi makanan. DOK Ilus

Psikolog Unair Ungkap 3 Jenis Gangguan Makan yang Kerap Diidap Remaja

Renatha Swasty • 30 Mei 2022 18:36
Jakarta: Usia remaja merupakan fase seseorang mulai mengembangkan jati diri. Tidak terkecuali mengenai gambaran fisik yang dianggap ideal.
 
Sekarang ini, dengan masifnya perkembangan teknologi, media menjadi sumber informasi mengenai bagaimana penampilan fisik yang dianggap ideal oleh masyarakat. Media kerap kali menggambarkan sosok yang dianggap ideal adalah seseorang yang memiliki bentuk tubuh yang kurus, tinggi, dan langsing.
 
Dengan kuatnya pengaruh media, banyak remaja yang mendambakan memiliki fisik ideal sebagaimana digambarkan oleh media. Tidak jarang, demi mendapatkan bentuk tubuh yang ideal, remaja justru berakhir menderita gangguan makan (eating disorder).

“Pada kasus gangguan makan, berarti ada penyimpangan perilaku makan. Terjadinya secara terus-menerus dan dalam periode waktu tertentu. Bentuk penyimpangannya bisa pada pola konsumsi dan penyerapan makanan,” kata psikolog Universitas Airlangga (Unair) Tiara Diah Sosialita dikutip dari unair.ac.id, Senin, 30 Mei 2022. 
 
Tiara menjelaskan secara karakteristik gangguan makan ditandai dengan perilaku makan tidak wajar yang seringkali disertai gangguan emosi. Penderita gangguan makan bisa makan terlalu banyak atau terlalu sedikit. 
 
“Mereka juga terobsesi pada berat badan dan bentuk tubuh yang biasanya disertai emosi-emosi negatif,” tutur dia.  
 
Tiara menjelaskan gangguan makan tidak hanya berdampak pada fisik namun juga kepada psikososial penderitanya. Dia mengungkapkan terdapat tiga jenis gangguan makan yang sering diasosiasikan dengan remaja yaitu anorexia nervosa, bulimia nervosa, dan binge-eating (compulsive overeating).

1. Anorexia Nervosa

Penderita anorexia nervosa akan menghindari dan membatasi porsi makan secara berlebihan. Tubuh penderita cenderung menunjukkan penurunan berat badan. Namun, si penderita menganggap tubuhnya tergolong gemuk.
 
“Ini yang menyebabkan penderita anorexia nervosa melakukan usaha-usaha untuk menurunkan berat badan. Mereka juga akan membatasi hubungan dan kegiatan sosial karena merasa cemas dan tidak nyaman dengan kondisi fisiknya,” tutur Tiara.

2. Bulimia Nervosa

Pada bulimia nervosa, penderita akan makan berlebihan untuk kemudian memuntahkannya kembali. “Mereka akan mengkonsumsi segala jenis makanan dalam porsi banyak dan kesulitan untuk berhenti makan namun di sisi lain mereka takut mengalami kenaikan berat badan sehingga biasanya akan ada ‘kompensasi,’ secara sembunyi-sembunyi” jelas Tiara.
 
Tindakan-tindakan seperti memuntahkan makanan, meminum obat pencahar, dan olahraga berlebihan merupakan bentuk kompensasi dari konsumsi makanan yang tak terkendali. Berbeda dengan anorexia nervosa, penderita bulimia nervosa cenderung mampu mempertahankan berat badan normal.

3. Binge-Eating (Compulsive Overeating)

“Penderita binge-eating memiliki dorongan makan berlebihan yang tidak terkontrol. Tandanya ada keinginan makan secara banyak, terus-terusan, dan tidak terkendali,” terang dosen Departemen Psikologi Unair ini.
 
Perilaku-perilaku tersebut biasanya akan diikuti dengan emosi negatif seperti malu dan perasaan bersalah. Remaja biasanya merasa tidak dapat mengontrol keinginan makan dan kalau ada yang melarang, mereka akan makan secara diam-diam meskipun tidak dalam kondisi lapar.
 
“Biasanya mereka makan untuk mengeluarkan emosi negatif mereka. Penderita biasanya memiliki berat badan berlebihan meskipun ada yang normal. Mereka pun tidak melakukan semacam kompensasi untuk menurunkan berat badan,” pungkas Tiara.
 
Baca: Psikolog Unair Sebut Homoseksual Bisa Muncul Bukan Karena Faktor Psikologis Saja
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan