"Di satu sisi, teknologi meningkatkan produktivitas, namun di sisi lain dapat pula menjadi kendala bagi mereka yang membutuhkan bantuan untuk beradaptasi," ujar Rudy dikutip melalui keterangan tertulis, Jumat, 11 November 2022.
Ia menjelaskan perbedaan pandangan antara teknologi sebagai pendukung produktivitas dan sebagai penghalang menciptakan kesenjangan hubungan. Tepatnya, kesenjangan antara mereka yang bisa beradaptasi dan yang ingin tetap berada di zona nyaman.
"Kesenjangan ini dapat menentukan perbedaan antara generasi muda dan generasi tua dalam hal sikap, perilaku, dan preferensi mereka. Politik, nilai, budaya populer, dan sektor lainnya mungkin berbeda," jelas dia.
Baca: Inovasi dan Digitalisasi Bawa Pelaku UMKM Naik Kelas |
Kesalahpahaman ini, lanjut Rudy, memudahkan orang untuk salah paham satu sama lain, terutama ketika terlibat komunikasi dengan orang lain. Upaya komunikasi interpersonal dan komunikasi pemasaran yang dijalankan oleh perusahaan juga menghadapi masalah yang sama.
"Ketersediaan informasi di masyarakat kita pada awalnya dapat dianggap sebagai kekuatan positif. Ini tidak diragukan lagi merupakan langkah besar dari kurangnya komunikasi yang dialami oleh generasi sebelumnya. Namun, masalah muncul ketika orang dihadapkan dengan lebih banyak informasi daripada yang mereka butuhkan," papar Rudy.
Rudy memaparkan kehadiran smartphone yang sangat portabel dan terkoneksi sepanjang waktu memperluas kemampuan penyebaran informasi, potensi perubahan pemahaman baru, perubahan sikap, dan perubahan perilaku. Semua perubahan ini dapat menyebabkan misi interpretasi tentang apa yang memulai komunikasi. Penyebaran informasi mengubah interpretasi isi komunikasi dan bahkan mengubah seseorang.
Perbedaan informasi ini, kata dia, berpotensi mengubah penilaian, daya tarik, dan kredibilitas konten yang disampaikan oleh pemilik akun aplikasi sosial. Komunikasi interpersonal di media sosial berasal dari diri sendiri dan pengguna situs lainnya.
Jika informasi ini saling bertentangan, lanjutnya, maka akan sulit untuk menarik kesimpulan tentang apa sebenarnya isi informasi yang ingin disampaikan dan justru menjadi hambatan komunikasi.
"Setiap hambatan yang menghalangi komunikasi yang efisien dapat disebut sebagai gangguan komunikasi. Kebisingan komunikasi adalah kebisingan yang mengganggu transmisi informasi dari pemancar ke penerima," jelas dia.
Menurut dia, faktor kunci untuk menciptakan upaya komunikasi yang bermakna adalah dengan menggunakan metode komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif memperhitungkan variabel-variabel yang mungkin menjadi penghalang bagi keberhasilan komunikasi.
"Upaya komunikasi perlu dilakukan secara positif sebagai manusia, kita selalu memiliki pilihan untuk belajar sesuatu dari orang lain dengan membuka hati kita kepada mereka yang mungkin tidak setuju, dan memungkinkan kita untuk memperluas pengetahuan dan belajar dari satu sama lain, untuk membangun kesadaran dan pencerahan," tegas Rudy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News