“Terdapat beberapa faktor utama kenaikan harga cabai menjelang Ramadan. Pertama, karena adanya peningkatan permintaan. Menjelang Ramadan, konsumsi masyarakat terhadap cabai meningkat signifikan karena cabai merupakan bahan utama dalam banyak masakan khas Indonesia,” papar dosen Departemen Agribisnis IPB University, Dwi Rachmina, Rabu, 5 Maret 2025.
Kedua, cuaca ekstrem seperti curah hujan tinggi atau kemarau panjang dapat memengaruhi produksi cabai. Dia menuturkan tanaman cabai sensitif terhadap kondisi cuaca, dan curah hujan berlebihan. Akibatnya, pasokan cabai berkurang, sementara permintaan meningkat, yang berkontribusi pada kenaikan harga.
“Ketiga, keterlambatan pengiriman atau kurangnya pasokan di daerah tertentu, dapat menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga. Panjang dan kompleksnya rantai distribusi cabai, serta biaya logistik yang tinggi, dapat menyebabkan disparitas harga antara produsen dan konsumen,” tutur dia.
Dwi mengakui faktor-faktor penyebab fenomena kenaikan harga ini terus berulang setiap tahunnya ditambah lagi teknologi pascapanen masih sangat terbatas. Ia menyebut kenaikan harga cabai berdampak terhadap stabilitas inflasi.
“Harga cabai yang stabil merupakan harapan kita semua dan dapat memengaruhi stabilitas inflasi karena harga cabai termasuk penyumbang inflasi,” kata dia.
Baca juga: Wamentan Sebut Harga Cabai Turun Tiga Hari Lagi |
Kontribusi harga cabai terhadap inflasi bervariasi tergantung pada kondisi pasar, musim, dan gejolak harga yang terjadi. Cabai dapat menyumbang 0,15-0,20 persen inflasi bulanan.
“Dalam konteks inflasi pangan, cabai sering menjadi penyumbang utama, dengan kontribusi mencapai 20-30 persen dari total inflasi pangan,” papar dia.
Dwi menyebut kenaikan harga cabai menyebabkan pengeluaran rumah tangga untuk bahan pangan meningkat. “Hal ini berdampak pada konsumen dari kelompok berpenghasilan rendah, yang proporsi pengeluaran untuk makanan lebih besar dibandingkan kelompok berpenghasilan menengah dan tinggi,” tutur dia.
Kenaikan harga cabai juga berdampak terhadap industri dan pedagang makanan seperti warung makan, restoran, dan penjual makanan kaki lima. Mau tidak mau, pedagang akan mengurangi porsi cabai bila tidak menaikkan harga jual sebab dapat mengurangi daya saing dan keuntungan.
“Oleh karena itu, stabilisasi harga cabai sangat penting untuk mengendalikan inflasi, terutama di negara-negara seperti Indonesia di mana cabai merupakan bahan pokok dalam konsumsi sehari-hari,” tegas dia.
Menurutnya, perlu strategi komprehensif dan terintegrasi dari hulu (produksi) sampai hilir, yaitu petani, kelembagaan petani, pedagang atau swasta, termasuk pemerintah.
“Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan strategi jangka panjang seperti peningkatan produksi, pembangunan infrastruktur, akses informasi pasar, dan penguatan rantai distribusi,” ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News