Andrea Stroppa, seorang figur yang terkait dengan Elon Musk yang baru-baru ini disorot karena diduga lakukan salam Nazi, menyebut salam ini sebagai "kembalinya Kekaisaran Romawi," meskipun tidak ada bukti historis yang mendukung klaim tersebut.
Penelusuran sejarah menunjukkan bahwa klaim ini lebih didasarkan pada mitos budaya visual modern daripada fakta sejarah.
Tidak Ada Bukti di Kekaisaran Romawi
.jpg)
Gambar: The Oath of the Horatii (1784), by Jacques-Louis David
Menurut penelitian, tidak ada teks Romawi kuno atau karya seni yang mencatat gestur yang menyerupai salam Nazi.
Salam dengan lengan terangkat sering diasosiasikan dengan lukisan Jacques-Louis David, The Oath of the Horatii (1784), yang menggambarkan para prajurit Romawi kuno sedang bersumpah.

Foto: Prasasti Trajan's Column, Plate LXII, seorang warga mengankat tangan untuk menyoraki Kaisar. (Apollodorus of Damascus / Conrad Cichorius - Conrad Cichorius)
Dalam lukisan tersebut, para tokoh digambarkan dengan tangan terentang, yang kemudian diinterpretasikan secara keliru sebagai tradisi Romawi.
Melansir Roman Salute: Cinema, History, Ideology, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa gestur ini pernah digunakan dalam praktik sehari-hari Kekaisaran Romawi.
Para sejarawan juga mencatat bahwa konsep ini lebih merupakan mitos yang berkembang melalui budaya visual modern daripada fakta sejarah.
Evolusi dari Seni hingga Politik Modern
Gestur ini memperoleh popularitas sebagai simbol budaya melalui film dan teater pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.Dalam film Italia tahun 1914, Cabiria, yang naskahnya ditulis oleh nasionalis Gabriele d’Annunzio, gestur ini digunakan untuk memberikan nuansa imperialisme.
D’Annunzio kemudian memperkenalkan gestur ini sebagai bagian dari ritual neo-Imperialis selama pendudukannya di kota Fiume pada tahun 1919.
Sebagai seorang tokoh nasionalis, d’Annunzio menggunakan gestur ini untuk menciptakan koneksi simbolis dengan kejayaan Kekaisaran Romawi, meskipun tidak ada bukti historis langsung yang mendukung hubungan tersebut.

Foto: Mussolini melakukan salam Fasis. (Getty Images: Bettmann)
Gestur tersebut diadopsi oleh Benito Mussolini dan menjadi bagian dari identitas Partai Fasis Italia pada awal 1920-an. Mussolini menggunakan salam ini sebagai alat propaganda untuk memperkuat citra fasisme sebagai pewaris tradisi Romawi.
Dari sini, gestur ini menyebar ke Jerman, di mana Adolf Hitler mengadopsinya sebagai bagian dari propaganda Nazi.

Foto: Warga Melakukan Salam Nazi, 1931. (Bundesarchiv)
Pada tahun 1926, Partai Nazi menjadikan salam ini wajib bagi anggotanya. Salam ini digunakan sebagai bentuk penghormatan dan kesetiaan terhadap Hitler, sekaligus sebagai alat untuk menanamkan ideologi Nazi kepada masyarakat Jerman.
Pada tahun 1933, setelah Nazi berkuasa, salam ini diwajibkan bagi seluruh masyarakat Jerman, termasuk dalam kehidupan sehari-hari dan acara resmi.
Simbol Propaganda Nazi
.jpg)
Foto: Anak-anak Jerman melakukan salam Nazi.
Di bawah Hitler, salam ini tidak hanya menjadi alat simbolis tetapi juga bagian integral dari kehidupan sehari-hari di Jerman Nazi. Salam ini diwajibkan dalam upacara resmi, pertemuan publik, dan bahkan dalam interaksi sosial sehari-hari.
Gestur ini disertai dengan ungkapan verbal seperti "Heil Hitler" atau "Sieg Heil," yang memperkuat loyalitas terhadap rezim.
Para pejabat Nazi sering menggunakan salam ini dalam pidato dan acara-acara propaganda untuk menunjukkan kekuatan dan persatuan nasional.
Dalam lingkup militer, penggunaan salam ini menjadi perdebatan. Meskipun awalnya tidak diwajibkan bagi anggota militer, setelah upaya pembunuhan Hitler pada tahun 1944, salam ini diadopsi sepenuhnya sebagai simbol kesetiaan kepada sang pemimpin.
Instruksi ini menandai pergeseran besar dalam budaya militer Jerman, yang sebelumnya memiliki tradisi salut tersendiri.
Interpretasi dan Penyebaran Global

Foto: Parlemen Yunani lakukan salam Nazi, 1938. (Greek State)
Meskipun sering disebut sebagai "Salam Romawi," historiografi modern menegaskan bahwa gestur ini adalah konstruksi budaya yang berkembang melalui seni dan ideologi politik.
Dalam perkembangannya, gestur ini diadopsi oleh berbagai gerakan ultranasionalis di seluruh dunia, termasuk rezim fasis di Spanyol, Brasil, dan Yunani.
Rezim-rezim ini mengadaptasi salam tersebut untuk mencerminkan ideologi masing-masing, meskipun dengan variasi lokal yang berbeda.
Di beberapa negara seperti Jerman dan Austria, penggunaan salam ini dilarang secara hukum setelah Perang Dunia II, dengan sanksi berat bagi pelanggar sebagai upaya untuk menghapus simbolisme Nazi dari ruang publik.
Pengaruh Modern
Hingga saat ini, salam Nazi tetap menjadi simbol yang kontroversial. Penggunaannya sering kali dilarang karena asosiasinya dengan ideologi kebencian dan genosida.Namun, di beberapa kalangan ekstremis, gestur ini tetap digunakan sebagai simbol perlawanan terhadap tatanan dunia modern.
.jpg)
Foto: Houthi di Yaman lakukan salam Nazi. (@YemenEmbassy_DC)
Kelompok seperti Houthi di Yaman menggunakan salam ini dalam acara tertentu dengan slogan yang menimbulkan kontroversi.
Di Amerika Serikat, kelompok supremasi kulit putih seperti Ku Klux Klan juga menggunakan variasi gestur ini sebagai bagian dari simbolisme mereka.
Gerakan neo-Nazi di berbagai negara terus menggunakan salam ini dalam bentuk-bentuk modifikasi, seperti "Kühnen salute" di Jerman yang melibatkan tiga jari terangkat.
Di Afrika Selatan, organisasi supremasi kulit putih Afrikaner Weerstandsbeweging (AWB) secara terang-terangan mengadopsi elemen simbolis dari rezim Nazi, termasuk salam ini dalam pertemuan mereka.

Foto: Elon Musk diduga lakukan salam Nazi. (BBC)
Dalam dunia olahraga, insiden seperti penggunaan salam Nazi oleh pemain sepak bola di Yunani dan suporter di pertandingan internasional telah memicu kecaman global.
Dalam budaya pop, beberapa individu dan kelompok terus memanfaatkan gestur ini untuk menarik perhatian atau menyampaikan pesan ideologis tertentu.
Dengan memahami asal-usul dan evolusi gestur ini, kita dapat melihat bagaimana simbol-simbol tertentu dapat dimanipulasi untuk tujuan politik, serta pentingnya konteks sejarah dalam memahami makna suatu simbol.
Baca Juga:
Elon Musk Respons Kritik Lakukan Salam Nazi:
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id