"Jadi kurang lebih 5.018 sekolah dan madrasah kita tetapkan akreditasinya secara daring, tidak visitasi langsung," ujar Ketua BAN-S/M, Toni Toharudi dalam konferensi pers daring, Selasa, 22 Desember 2020.
Rinciannya, kata dia, terdiri atas 4.017 sekolah atau madrasah dan 201 Satuan Pendidikan Kerja Sama (SPK). Terakreditasi untuk peringkat A sebanyak 993 sekolah/madrasah atau setara 23,41 persen.
Sedangkan, untuk akreditasi B, sebanyak 2,096 sekolah/madrasah atau 49,42 persen. Akreditasi C, sebanyak 1,012 sekolah/madrasah, atau 23,86 persen. Terdapat pula status Tidak Terakreditasi sebanyak 140 atau 3,30 persen.
Akreditrasi ini dilakukan oleh sekitar 3.900 orang asesor akreditasi. Karena tidak ada visitasi, penilaian pun dilakukan dengan menggunakan model yang berbeda.
"Kami mengubah skenario, tapi tidak mengurangi kualitas dari penilaian saat visitasi daring. Kami memantau proses pembelajaran di kelas dengan PJJ itu asesor masuk dalam proses pembelajaran itu untuk melakukan observasi. Ada kelas yang Zoom Meeting dan Google Meet," terangnya.
Baca: Asesmen Nasional Disebut Jadi 'Kompas' Pembelajaran
Selain itu, dalam proses akreditasi, pihaknya meminta sekolah untuk mengirimkan beberapa video. Seperti memperlihatkan sarana dan prasarana perpustakaan hingga layanan sekolah lainnya.
"Untuk yang berhubungan dengak dokumen sekolah dapat mengirim dan mengunduh melalui lawan web Sispena," sambungnya.
Dia mengakui beberapa sekolah tak bisa mengikuti proses akreditasi secara daring. Sebab, tidak semua sekolah memiliki jaringan internet yang baik.
"Jadi memang ada hambatan umum yang terjadi akibat terbatanya perangkat jaringan sekolah," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News