Sebelumnya, pembelajaran tatap muka di SMAN 1 Mataram sempat ditutup sementara pada Sabtu, 9 Januari 2021 sampai dengan Rabu, 13 Januari 2021. Penutupan ini menyusul adanya dua siswa SMAN 1 Mataram yang terkonfirmasi positif covid-19.
Kemudian seorang guru dan murid di kabupaten Pangandaran juga terkonfirmasi positif covid-19. Hal ini terungkap dari hasil tes usap acak terhadap 100 orang guru dan murid di Pangandaran yang dilakukan awal Januari 2021.
Komisioner Bidang Pendidikan KPAI, Retno Listyarti mengatakan, bahwa tes usap acak tersebut sengaja digelar sebagai bagian dari persiapan pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Meskipun hasil tes usap menunjukkan ada guru dan siswa yang positif covid-19, namun pembelajaran tatap muka di Pangandaran tetap dilaksanakan pada 11 Januari 2021.
Kebijakan pemerintah kabupaten Pangandaran adalah jika di suatu desa ada yang positif maka PJJ dilanjutkan, Namun, untuk sekolah di daerah yang aman dan tidak ada kasus positif, maka tetap melaksanakan sekolah tatap muka.
"Untuk Sekolah Dasar maka lingkupnya wilayah desa. Jika ada kasus positif, seluruh SD di wilayah desa itu harus tutup. Untuk SMP lingkupnya wilayah kecamatan," kata Retno, Jumat, 15 Januari 2021.
Baca juga: Pascavaksin Harus Tetap Taat Protokol Kesehatan, Ini Sebabnya
Komisi Perlindungan Anak Indonesia juga menyampaikan apresiasi atas keputusan sejumlah kepala daerah untuk menunda pembelajaran tatap muka (PTM) pada Januari 2021 dengan alasan masih tingginya kasus covid 19 dan kekhawatiran sekolah menjadi klaster baru.
Hal ini juga berbanding lurus dengan hasil pengawasan langsung KPAI ke 49 sekolah di 21 kabupaten/kota pada delapan provinsi. Hasilnya menunjukkan hanya 16 persen sekolah yang siap PTM dan sisanya 84 persen belum siap PTM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News