Pierre Tendean. Foto: Kemdikbud RI
Pierre Tendean. Foto: Kemdikbud RI

Pierre Tendean: Pahlawan Revolusi yang Jadi Korban Salah Tangkap G30S

Fatha Annisa • 30 September 2024 13:22
Jakarta: Pierre Tendean, salah satu Pahlawan Revolusi Indonesia yang gugur dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S). Nahasnya, Pierre merupakan korban salah tangkap pada peristiwa kelam itu.
 
Lahir pada 21 Februari 1939, Pierre Tendean merupakan ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution (AH Nasution) yang pada saat peristiwa G30S menjabat sebagai Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan sekaligus Kepala Staf Angkatan Bersenjata.
 
Nama Pierre sejatinya tidak ada dalam daftar target penculikan dan pembunuhan pasukan Cakrabirawa pada peristiwa G30S. Pasukan pemberontak justru ditugaskan untuk menculik Jenderal AH Nasution.
 
Namun ketika pasukan pemberontak datang untuk menghabisi nyawa AH Nasution, mereka justru menemukan Pierre Tendean di rumah jenderal tersebut. Pierre lantas melindungi pimpinannya dengan mengaku dialah sang jenderal. Ia disekap di Lubang Buaya.
 
Baca juga: Mengenal 7 Tokoh Pahlawan Revolusi yang Gugur dalam Peristiwa G30S PKI
 

Profil Pierre Tendean

Bernama lengkap Pierre Andries Tendean, ia merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Ayahnya adalah seorang dokter dari Minahasa bernama Dr. Aurelius Lammert Tendean dan ibunya perempuan berdarah Belanda-Perancis bernama Maria Elizabeth Cornet.
 
Orang tua Pierre awalnya tidak setuju sang anak menjadi tentara. Tetapi setelah gagal ujian masuk FKUI dan ITB secara sengaja, Pierre tendean diterima di Akademi Militer Nasional (AMN) dan memilih masuk Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD).
 
Setelah lulus pada 1962, dia menjadi Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Daerah Militer II/Bukit Barisan di Medan. Kemudian mengenyam pendidikan di Sekolah Intelijen di Bogor.
 
Saat usianya masih 26 tahun, Pierre tendean sudah menjadi ‘rebutan’ antara Jenderal AH Nasution, Jenderal Hartawan, dan Jenderal Dendi Kadarsan karena bakat dan kepribadiannya. Saat itu Pierre memang baru kembali dari Malaysia usai bertugas di garis depan untuk menyusup ke negara tersebut dan tiga kali berhasil memasuki daerah musuh dengan sukses.
 
 
Baca juga: Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober, Ini Sejarah dan Maknanya
 

Akhir Hidup Pierre Tendean

Pierre Tendean akhirnya menjadi ajudan Jenderal AH. Nasution. Sayangnya, kiprah Pierre sebagai ajudan harus berakhir tragis pada malam 30 September 1965 setelah pasukan Cakrabirawa mendatangi kediaman Jenderal AH Nasution di Jalan Teuku Umar, Jakarta.
 
1 Oktober 1965 dini hari, Pierre tendean sedang tertidur di rumah AH Nasution lantas terbangun karena mendengar suara tembakan. Masih setengah sadar, Pierre dengan cepat membantu sang Jenderal untuk kabur dari kejaran Pasukan Cakrabirawa. Nahas, Pierre justru ditangkap oleh pasukan tersebut karena dikira Jenderal Nasution.
 
Pierre Tendean kemudian disekap oleh PKI di Lubang Buaya. Ia disebut-sebut mendapatkan eksekusi terberat, sebelum akhirnya ditembak dan jasadnya dimasukan ke dalam sumur tua di kawasan Lubang Buaya, Jakarta.
 
Atas aksi heroiknya, Pierre Tendean diberikan gelar kehormatan Pahlawan Revolusi. Ini merujuk beberapa Keputusan Presiden pada tahun 1965, serta ditetapkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, gelar Pahlawan Revolusi pun diakui sebagai Pahlawan Nasional.
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(SUR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan