"Paling utama adalah ketersediaan koneksi internet, kalau tidak ada ya tidak bisa," kata Solehuddin dalam Simposium Internasional Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia, Kamis, 20 Agustus 2020.
Selain jaringan internet, ketersediaan gawai juga menjadi tantangan belajar jarak jauh. Selajutnya, aplikasi dan konten pembelajaran yang harus disiapkan lembaga pendidikan. Layanan pembelajaran daring cukup menjadi tantangan berat, khususnya bagi sekolah, Berbeda dengan perguruan tinggi yang sudah siap dan memiliki Learning Management System (LMS).
"Karena itu perlu ada upaya sinergitas berbagai pihak, baik infrastrukurnya maupun kontennya," ucapnya.
Sumber daya manusia (SDM) jadi masalah lainnya. Pasalnya, belum semua guru dan dosen memiliki kemampuan literasi digital yang baik. Pola pikir tenaga pengajar juga dinilai belum sepenuhnya mendukung tujuan pembelajaran daring.
Baca: Butuh Regulasi yang Lebih Mendukung Efektivitas Pembelajaran Daring
"Memang kadang ada sebagian kecil dosen yang mindsetnya memandang bahwa pembelajaran luring (luar jaringan) lebih sempurna," tuturnya.
Asesmen daring yang masih lemah dan mudah diakali juga perlu solusi. Selain itu, penguatan regulasi dan program guna mendukung efektivitas pembelajaran daring.
Menurut Solehuddin, diperlukan regulasi untuk membuat kurikulum yang adaptif. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pun dianggap telah melakukan upaya untuk menyelaraskan kurikulum di masa pandemi ini.
"Implementasi yang seusai dengan prinsip pembelajaran daring, ini harus terus dikaji, risetnya harus jalan," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News