"Saya sudah komunikasi (dengan Polri) tolong diselesaikan dengan jalur hukum yang benar," kata Nasir di Gedung Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Jakarta, Senin, 30 September 2019.
Nasir membenarkan, kedua korban dua mahasiswa itu merupakan aktivis dari berbagai organisasi ekstra kampus. "Bukan hanya IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), tapi juga HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Mereka memang aktivis," kata Nasir.
Nasir menuturkan, jika memang jatuh korban dalam sebuah aksi harus ditindaklanjuti. Hal ini bisa menjadi preseden buruk di negara demokrasi, di mana kebebasan berpendapat dijunjung tinggi dan dilindungi oleh undang-undang.
"Nanti ini rektornya akan laporan kepada saya. Kalau ada korban, harus ada penyelidikan, kenapa terjadi kematian pada seseorang, mahasiswa atau masyarakat, penyebabnya apa, siapa yang salah," tegasnya.
Sebelumnya dua mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) dikabarkan tewas saat berunjuk rasa di Kendari, Sulawesi Tenggara. Satu korban bernama Yusuf Kardawi, 19, sempat dirawat intensif pasca operasi di RSU Bahteramas Kendari.
Yusuf tercatat sebagai mahasiswa jurusan Teknik D-3 Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari. Yusuf adalah pasien rujukan dari RS Ismoyo Korem 143/Haluoleo. Yusuf harus dioperasi karena cedera serius saat aksi di gedung DPRD Sultra, Kamis, 26 September 2019.
Korban kedua yakni Randi, 21, yang berstatus mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan UHO. Randi meninggal pada Kamis, 26 September 2019. Polisi sendiri belum membeberkan penyebab dua mahasiswa itu tewas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News