Namun, yang harus menjadi perhatian adalah pembelajaran pendidikan seksual. Hal itu agar pendidikan seksual di sekolah berhasil.
"Dan yang terpenting, jangan sampai pendidikan seksual itu dikonotasikan negatif menjadi promosi pornografi, ini justru tidak," tegas Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim dalam siaran langsung di akun Instagram @fomo_fokusmedcom dikutip Selasa, 1 Oktober 2024.
Sejauh ini muatan pembelajaran pendidikan seksual sudah termuat dalam mata pelajaran IPA, Agama, Penjaskes, hingga Bimbingan Konseling di sekolah. Namun, yang perlu diperhatikan lagi bagaimana anak bisa memahami dan sadar akan tubuhnya sendiri.
"Secara konten kurikulum sudah, tapi bagaimana delivery-nya perlu kita periksa kembali," tutur dia.
Satriwan mengatakan anak tak cukup dengan paham tubuhnya saja. Tapi, juga bisa mendeteksi perilaku seksual menyimpang, termasuk kekerasan.
"Sehingga kekerasan, kekerasan seksual ini bisa dihindarkan baik di jam sekolah maupun luar jam sekolah. Dan ini adalah tanggung jawab bersama, masyarakat dan guru yang saat ini pengawasannya masih lemah," tutur dia.
Ia menekankan dalam pencegahan dan panganan kekerasan seksual, pelecehan, dan segela bentuk kekerasan lainnya jangan hanya dibebankan pada guru dan sekolah. Tapi, juga di masyarakat.
"Beban jangan hanya ke entitas guru dan sekolah lalu masyarakat, orang tua tidak. Pemerintah pun dengan membuat regulasi jangan merasa itu sudah selesai," ujar Satriwan.
| Baca juga: Darurat! Kekerasan Seksual Berbasis Elektronik Makin Marak |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
