Ilustrasi tidur. DOK Unsplash
Ilustrasi tidur. DOK Unsplash

Menjaga Kualitas Tidur Kunci Mengurangi Risiko Demensia

Medcom • 10 Juni 2024 10:37
Jakarta: Dalam menjaga kesehatan otak, kualitas tidur memiliki peran penting, terutama bagi orang-orang yang berusia di atas 60 tahun. Sebuah studi pada 2023 menemukan risiko terkena demensia dapat meningkat seiring bertambahnya usia jika seseorang kekurangan tidur nyenyak atau gelombang lambat (slow-wave sleep).
 
Menurut penelitian yang dipublikasikan di JAMA Neurology, orang dewasa di atas 60 tahun yang mengalami penurunan 1 persen kualitas tidur nyenyak setiap tahun, berisiko 27 persen lebih tinggi terkena demensia, melansir dari sciencealert.com.

Pengerti slow-wave sleep

Slow-wave sleep merupakan tahap ketiga dari siklus tidur manusia selama 90 menit, yang berlangsung sekitar 20-40 menit. Pada tahap ini yang bisa dikatakan sebagai tahap istirahat terdalam, gelombang otak dan detak jantung melambat, serta tekanan darah menurun.
 
Tidur nyenyak punya banyak manfaat. Selain memperkuat otot, tulang, dan sistem kekebalan tubuh, tahap tidur ini juga berperan penting dalam mempersiapkan otak untuk menyerap informasi lebih baik.

Penelitian lain sebelumnya pada 2023 juga menemukan orang dengan perubahan otak yang mengarah ke Alzheimer cenderung bisa mengerjakan dan memiliki hasil tes memori/ingatan dengan lebih baik setelah mendapatkan lebih banyak tidur nyenyak atau slow-wave sleep.
 
"Slow-wave sleep atau tidur nyenyak, mendukung otak yang menua dengan berbagai cara dan kita tahu bahwa tidur meningkatkan pembersihan sisa-sisa metabolisme dari otak, termasuk memfasilitasi pembersihan protein yang berkumpul pada penyakit Alzheimer," ujar ahli saraf Matthew Pase dari Monash University di Australia.
 
"Namun, sampai saat ini kami belum yakin akan peran tidur gelombang lambat dalam perkembangan demensia. Temuan kami menunjukkan bahwa kehilangan tidur gelombang lambat mungkin merupakan faktor risiko demensia yang dapat dimodifikasi," tambahnya.

Kurang tidur nyenyak meningkatkan risiko demensia

Para ilmuwan seperti Pase dan rekan-rekannya dari Australia, Kanada, dan Amerika Serikat meneliti data tidur dari 346 peserta Framingham Heart Study yang telah menyelesaikan dua studi tidur semalam (overnight sleep studies). Satu studi dilakukan antara tahun 1995 dan 1998 dan studi lainnya antara tahun 2001 dan 2003, dengan jeda rata-rata lima tahun antara kedua studi tersebut.
 
Para peneliti membandingkan data dari dua studi tidur mendalam yang dilakukan pada dua periode berbeda dan memantau apakah peserta mengalami demensia hingga tahun 2018. Tujuannya adalah untuk melihat apakah ada kaitan antara perubahan pola tidur dengan perkembangan demensia selama periode pemantauan tersebut.
 
"Kami menggunakan ini untuk meneliti bagaimana tidur gelombang lambat berubah seiring dengan penuaan dan apakah perubahan persentase tidur gelombang lambat berhubungan dengan risiko demensia di kemudian hari hingga 17 tahun kemudian," kata Pase.
 
Hasilnya, tingkat tidur nyenyak atau slow-wave sleep para peserta memang cenderung menurun seiring bertambahnya usia.  Penurunan ini paling drastis terjadi antara usia 75-80 tahun, kemudian melambat setelahnya.
 
Lebih penting lagi, para peneliti menemukan bahwa setiap penurunan 1 persen kualitas tidur nyenyak per tahun dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia sebesar 27 persen.  Angka ini bahkan naik menjadi 32 persen untuk kasus penyakit Alzheimer. Apalagi penggunaan obat-obatan tertentu yang mengganggu tidur juga bisa memengaruhi kualitas tidur nyenyak.
 
Penurunan slow-wave sleep lebih cepat pada individu yang memiliki faktor risiko genetik untuk penyakit Alzheimer, meskipun tidak ditemukan kaitan dengan volume otak. "Kami menemukan bahwa faktor risiko genetik untuk penyakit Alzheimer, tetapi bukan volume otak, dikaitkan dengan percepatan penurunan tidur gelombang lambat," kata Pase.
 
Meskipun temuan ini memberikan gambaran yang kuat, penulis mencatat bahwa penelitian ini tidak membuktikan secara pasti bahwa kurangnya tidur nyenyak menyebabkan demensia sehingga penelitian lebih lanjut diperlukan. Tetapi bukan berarti kita tidak perlu waspada terhadap temuan ini.
 
Yang pasti, prioritas kita sekarang adalah menjaga kualitas tidur kita. Tidur yang cukup dan nyenyak memiliki banyak manfaat untuk kesehatan kita secara keseluruhan, tidak hanya untuk memperkuat ingatan kita. (Shofiy Nabilah)
 
Baca juga: Guru Besar UGM Sebut Kemangi dan Sel Punca Berpotensi untuk Pengobatan Alzheimer dan CCD

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan